Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Friday 20 March 2020

Bersyukur di Tengah Wabah


Pembukaan audit
Pembukaan Audit

Ditengah maraknya isu corona di ibukota, kami dari Universitas Papua dan puluhan universitas lainnya mendapat undangan untuk menghadiri audit yang akan dilakukan oleh BPK. Tepat pada tanggal-tanggal kritis, saya sebut tanggal kritis karena H-3 acara terselenggara sudah ada himbauan dari presiden untuk semua instansi agar mengurungkan acara yang mengundang orang dengan jumlah lebih dari 30 orang. Tapi yang namanya undangan sudah tersebar, pasti sudah ada yang beli tiket atau malah sudah ada yang berangkat.
Singkat cerita saya yang merupakan orang baru ini harus menghadiri acara se-penting itu dan harus masuk kedalam kumparan kota yang mendapat hembusan isu positif virus. Namanya juga tugas negara, yang saya takutkan malah pertanyaan menusuk tajam dari orang BPK. Untuk masalah virus saya sudah antisipasi dengan membeli masker, lha kalau untuk pertanyaan BPK? Saya menyerahkan diri ke yang maha kuasa saja. Karena saya tahu saya tidak dapat melakukan apapun, dengan kapasitas saya yang masih 6 bulan bekerja dan harus mempertanggung jawabkan pekerjaan selama satu tahun.
Tapi benar saja apa yang saya khawatirkan tersebut sama sekali tidak terbukti, BPK pun ketawa ketiwi melihat kesalahan yang menurut saya yang miskin ini adalah kesalahan fatal. Ada beberapa temuan yang membuat kami mendapat pekerjaan rumah dari BPK. Cara audit pun disesuaikan dengan maraknya isu covid-19. Biasanya semua peserta yang datang dikumpulkan dalam satu ballroom menunggu giliran sembari menikmati coffee break. Tapi kemarin, gara-gara ada virus ini kami disuruh mengisolasi diri di kamar masing-masing saja. Saat pembukaan saja kami dari 30 universitas dikumpulkan di ballroom. Selebihnya hingga bubar kami sama sekali tidak dikumpulkan dalam satu ruangan.
Selain itu juga acara yang semula berakhir hingga rabu dipercepat hingga hari selasa semua universitas diwajibkan untuk check out dari hotel. Saya pun berinisiatif untuk berkunjung sebentar ke kampung halaman di Malang. Mumpung tiket murah, di sisi lain juga mumpung saya memiliki daya tawar sebagai orang baru yang diajukan untuk berangkat audit. Maka saya juga mengajukan “mau berangkat asal” diberikan ijin untuk berkunjung ke Malang.
Alhamdulilahnya ijin diberikan dan beberapa kejadian yang patut untuk di alhamduliahkan. Beberapa hal tersebut adalah saat hari rabu ada surat dari KPPN dapat menyampaikan SPM (yang biasanya harus berangkat ke KPPN) kini mendapat toleransi untuk menyampaikan surat melalui surat elektronik. Hal ini berdampak pada pekerjaan saya yang biasa menjadi kurir SPM menjadi sedikit lebih ringan. Pada keesokan harinya juga muncul kabar bahwa Universitas Papua juga menerapkan bekerja dari rumah (work from home).
Pasien dalam pemantauan corona
Pertama kali diisolasi, bukan dilakban

Seiring keuntungan yang masih berupa “kabar” tersebut berdatangan bertubi-tubi, saya mengalami gejala covid-19. Tidak sampai meriang dan suhu tubu naik atau sesak nafas, tapi hanya sedikit ingusan dan pada keesokan harinya saat bangun tidur mengalami radang. Saya berinisiatif untuk mengecek kondisi kesehatan ke rumah sakit dan mendapat himbauan untuk mengubah jadwal penerbangan ke Manokwari. Karena saya dinyatakan sebagai pasien dalam pemantauan (PDP). Meskipun hanya batuk pilek saya harus mengisolasi diri selama 14 hari.
Hingga tulisan ini dirilis saya masih melakukan isolasi mandiri dan dalam kondisi baik-baik saja. Tidak lebih dari radang tenggorokan dan pilek yang sudah mulai mulai pulih saja. Konsumsi obat pun juga sudah mulai hari ini. Mungkin saya harus tetap bersyukur saja, sembari menyimak pemberitaan tentang langkah pemerintah pusat untuk menumpas virus ini. Dengan tetap membuat konten sembari menikmati masa karantina 14 hari.

2 comments:

  1. Semoga lakas sehat kembali, Mas. Dan semoga covid19 segera hilang, biar bisa aktivitas seperti biasa.

    ReplyDelete