Aktivisme yang Saya Perjuangkan Akhir-Akhir Ini
Illustrated by Jasmina El Bouamraoui and Karabo Poppy Moletsane, CC0, via Wikimedia Commons |
Sudah beberapa bulan saya tidak rutin menulis di blog ini lagi, rasanya ingin mencurahkan apa yang sudah saya lewati selama beberapa hari tidak berinteraksi dengan blog ini. Namun apa daya jika harus merangkumnya secara serampangan akan tidak enak dibaca, jadi saya kali ini ingin menceritakan kiblat aktivisme saya yang perlahan berubah.
Semenjak mahasiswa dahulu saya
menyukai kegiatan dibidang alam, untuk menjawab isu tentang rusaknya alam
disertai dampaknya. Beberapa tahun setelah menjadi mahasiswa juga masih berkutat
dengan isu tersebut hingga perlahan bergeser, kepedulian saya menjadi ke isu
pemerataan ekonomi. Entah apa yang mempengaruhi perubahan “aktivisme” tersebut,
perlahan saja saya menjadi concern ke bidang pemerataan ekonomi.
Mungkin setelah saya lulus
kuliah, saya melihat ketimpangan ekonomi yang mengganggu. Ditambah masa itu
saya juga cenderung suram, dengan pekerjaan yang tak menentu dan melihat beberapa
teman menikah dengan megahnya. Ketimpangan ekonomi seakan menjadi bahan bakar
untuk direnungkan tiap harinya. Tanpa adanya ketimpangan ekonomi, saat itu saya
membayangkan kehidupan yang madani.
Semakin kesini, semakin mapan
saya perlahan berhenti memperjuangkan isu ketimpangan ekonomi. Mungkin karena
kehidupan saya mulai mapan, sehingga saya tidak terlalu terganggu dengan isu
ketimpangan ekonomi. Sehingga isu yang saya perjuangkan tiba-tiba bergeser
menjadi isu Pendidikan. Mungkin karena beberapa tahun terakhir saya berinteraksi
dengan dunia Pendidikan yaitu universitas. Sehingga saya melihat betapa
buruknya institusi Pendidikan.
Lagi-lagi saya menganggap ini
sebagai bahan bakar, namun kali ini makna bahan bakar tersebut menjadi berbeda.
Mengingat kali ini saya sudah menjadi kepala rumah tangga, sehingga bahan bakar
tersebut menjadi bahan untuk membakar keberlangsungan rumah tangga. Bahan bakar
tersebut dapat dipergunakan untuk menyalakan semangat untuk melangsungkan rumah
tangga. Entah dengan berdiskusi dengan istri atau menjadi warna tersendiri
dalam metodologi parenting dalam mendidik anak saya.
Selama ini saya merasakan karena
isu Pendidikan menjadi prioritas yang saya perjuangkan, tidak heran saya seakan
dibawa mengarungi gelombang metode Pendidikan yang terasa membagongkan. Seperti
adanya mahasiswa yang tidak dapat membaca di dalam komunitas Wikimedia Manokwari,
selain itu untuk mempertahankan komunitas Wikimedia Manokwari ini juga tanpa
adanya isu yang saya perjuangkan tadi menjadi sangat berat. Namun karena adanya
semangat memperjuangkan isu tersebut, ditambah Wikimedia juga memiliki semangat
membebaskan pengetahuan, seakan gayung bersambut dalam perjuangan saya ini.
Kemarin saya sempat ingin
mengikuti kegiatan WCD dan menjadi pengurus provinsi, namun seakan takdir
memutar kembali ke perjuangan tentang Pendidikan. World Clean Up day tersebut
urung saya urusi, karena satu dan lain hal. Ditambah juga ada beberapa kelompok
yang coba saya ikuti terkait penghijauan, tapi malah berujung saya tidak cocok
dengan sudut pandang Jakarta Centris yang kerap dimunculkan di dalam grup.
Ujung-ujungnya tidak memiliki kecocokan dan saya mengabaikannya.
Meskipun tidak dalam posisi
memperjuangkan isu alam, saat ini saya masih menghemat plastik dan baru
beberapa hari terakhir saya mencoba membuat ekoenzim yang katanya dapat
menyelamatkan alam. Mungkin di artikel berikutnya saya akan ceritakan tentang bagaimana
eko enzim dapat menyelamatkan alam.
Selain beberapa hal di atas,
karena sepertinya takdir saya membawa ke perjuangan tentang Pendidikan. Kemarin
istri saya mulai mengajar di SD Inpres sebagai guru agama. Tanpa mengklaim hal
tersebut sebagai pekerjaan, tapi saya mengklaim hal tersebut sebagai arah
perjuangan. Karena mendapat kabar bahwa di SD tersebut tidak ada guru agama
islam, dan pelajaran agama islam malah diampu oleh guru beragama Kristin.
Sehingga saya menawarkan istri saya ikut dalam perjuangan tanpa melihat dibayar
berapa.
Ternyata pergulatan dengan isu
yang diperjuangkan ini menjadi warna tersendiri dalam semangat saya menjalankan
perputaran roda rumah tangga. Menjadi tambahan pikiran namun tetap asyik
dilakukan. Sekian kisah saya dengan pergulatan isu yang saya perjuangkan.
0 comments:
Post a Comment