Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Wednesday 4 October 2017

Kecerdasan Dibawah Jembatan Seribu Mahasiswa




Kesububan pinternya para calon sarjana memang tak hanya isapan jempol semata, salah satu buktinya saya kunjungi kemarin. Untuk memburu bahan yang terus menerus habis saya dan beberapa kawan pemburu bahan tulisan menyambangi Mbah Jo. Mbah Jo sendiri adalah salah satu dalang wayang namun bukan wayang kulit. Sore itu saya menuruni bantaran kali metro yang menjadi pemutus UB dan apartemen megah di depannya. Jika disimpulkan rumah Mbah Jo ini tepat di bawah deretan pertokoan seperti Akeno dan deretan fotokopian dan warung-warung di sepanjang Jl. M.T Haryono.

Dengan rumah nyempil seperti itu beliau masih menyempatkan untuk berkarya dan belajar tentang kehidupan. Salah satu produk yang beliau hasilkan yaitu wayang suket. Sore itu kunjungan kami berbalut filosofi kehidupan dan sastra asli jawa. Dengan bermodalkan gawan kopi dan rokok seadanya Mbah Jo ini mulai menyuguhkan pagelaran wayang yang memukau. Di rumah yang tepat dibawah balai RW ini kami berempat dibuat terperangah dengan kemampuannya.
Mbah Jo Ketika Membuat Sekaligus Ndalang
Wayang sebetulnya berawal dari nama ayang-ayang yang berarti bayang-bayang. Maka dari itu jaman dahulu para penonton wayang dari balik geber bukan dari depannya. Jadi yang di lihat bukan warna dan pahatan tokoh-tokoh yang disuguhkan dalang. Melainkan yang dilihat adalah gambaran wayang itu sendiri di selembar geber putih yang di sorot lampu. Sedangkan suket atau rumput sendiri digunakan sebagai media dari wayang yang diproduksi untuk memberikan efek raket yang berarti erat. Entah mengeratkan jalinan silaturahmi yang ada atau mengeratkan berbagai kelas audiens yang menikmati pagelaran tersebut. Sangat sarat akan balutan filosofi memang wayang suket tersebut berasal.
Bagi pembaca yang ingin berdiskusi dengan Mbah Jo atau ingin beliau ndalangpun juga bisa menuju ke rumahnya. Di balik perawakan nyentrik yang ia miliki ada sifat humble, maka jangan sungkan untuk bersalaman dan SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan beliau. Tak hanya filosofi tentang kehidupan yang bernuansa norak dan tidak masa kini sama sekali. Mbah Jo ini juga sangat paham atas isu tentang konservasi, dan beliau juga bisa ndalang dengan bahasa inggris. Sangat keren jika kalian punya teman ekspatriat dan mengajak untuk belajar wayang. Selain anda sudah mencoba untuk promosi budaya kepada mereka juga akan memberikan kesan tersendiri bagi kawan kalian.

0 comments:

Post a Comment