Lagi-lagi Tak Mudik Lagi
Gema takbir kini berkumandang di segala penjuru bumi, seakan mereka menyindir kami kaum rantauer non mudiker. Ini sudah tahun ketiga saya lebaran di luar rumah, sekali tak mudik karena ekonomi dan dua kali tak mudik karena covid. Entah mengapa meskipun sudah berjalan dua tahun, saya masih takut tertular covid di transportasi umum seperti pesawat. Perjalanan selama 5 jam di pesawat membuat saya pikir ulang untuk pulang.
Namun ada sedikit rasa syukur pada lebaran kali ini, karena di belahan bumi lain ada sekumpulan orang yang berlebaran sekaligus baku hantam dengan tentara israel. Memang saya akui, rasa syukur di tengah kesusahan orang lain merupakan kesalahan pemikiran. Tapi biarlah kelas saya memang masih serendah itu, kesusahan orang lain masih dapat menjadi setitik kebahagiaan di tengah lautan kesedihan karena tidak mudik. Mungkin kelas yang paling atas adalah kelas legowo atas tidak mudik dan tetap berempati kepada mereka yang ditakdirkan berjuang mempertahankan masjidil aqsa.
Karena rasa syukur seperti itulah saya dapat menikmati perayaan hari kemenangan setelah bulan Ramadhan yang penuh perjuangan. Hari pertama puasa harus ke Jakarta, sepulang dari Jakarta harus menghadapi pegawai yang emosi karena gaji tertunda turun karena antrian panjang SPM di KPPN. Ditambah ketidak pulangan saya karena prediksi pak bos yang ternyata melenceng dan saya juga sama sekali tidak melihat kalender. Sangat mustahil sekali tidak menyesal bertubi-tubi saat hari kemenangan ini. Harusnya pulang menjadi opsi refreshing yang paling ampuh, malah gagal melakukan refreshing.
Mungkin ada benarnya juga, jika kesusahan orang atau bangsa lain dapat menjadikan kita bersyukur. Bisa jadi ada kesalahan dengan pola pemikiran kita, tapi apa boleh buat? Di kondisi sulit daripada kita depresi mau tidak mau harus mengambil kesusahan orang lain untuk pengobat rasa sesal sekaligus kesal. Toh ujung-ujungnya kita juga saling menghormati atas respon seseorang terhadap kejadian. Tidak saling menyalahkan namun tetap memakai keyakinan yang kita tetapkan, dengan alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
0 comments:
Post a Comment