Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Saturday 18 April 2020

[Resensi Film] Mantan Manten


Poster mantan manten
Poster Mantan Manten (sumber: imdb.com)

Saya melihat film ini saat penerbangan dari Manokwari ke Jakarta, dalam rute penerbangan yang dapat dibilang cukup jauh tersebut saya cukup terhibur dengan film yang disutradarai oleh Farishad Latjuba. Film yang dirilis tahun lalu itu menceritakan seorang pekerja kantoran yang kesehariannya sibuk di ibukota. Selayaknya pekerja kantoran seorang Yasnina yang diperankan oleh Atiqah Hasiholan mencurahkan hidupnya hanya untuk pekerjaannya. Apalagi ia merupakan lulusan luar negeri, pasti akan memiliki minat yang dapat dikatakan powerfull untuk mengerjakan semua tanggung jawabnya. Setiap hari terhabiskan untuk mengerjakan seluruh tanggung jawab yang ia emban dari pimpinan perusahaan.
Sekian lama berlalu seorang manager investasi tersebut jatuh hati ke anak kepala perusahaan yang diperankan oleh Arifin Ilham. Anak kepala perusahaan yang juga menjabat sebagai manager tersebut dinilai sebagai sandungan kecil. Seperti layaknya seorang anak pemilik perusahaan Surya mau tidak mau mengemban tanggung jawab besar untuk ikut mengatur kemana perusahaan tersebut akan melaju.
Konflik pertama pun menghadang, seorang Yasnina dijadikan kambing hitam atas keputusan yang diambil oleh pemilik perusahaan. Yasnina difitnah habis-habisan atas keputusan yang salah. Fitnah tersebut dilontarkan oleh seorang pemilik perusahaan yang diperankan oleh Tio Pakusadewo di depan para investornya.
Alhasil atas fitnah tersebut seluruh aset yang dimiliki oleh Yasnina habis tak bersisa. Hanya ada satu aset yaitu villa yang ada di Tawangmangu. Namun sayangnya villa tersebut hanya dibeli begitu saja tanpa diurus kelengkapan administrasinya seperti pergantian nama di sertifikat. Pemilik lama pun juga masih belum pindah. Seorang pemilik villa tersebut berprofesi sebagai pemaes (perias).
Dalam tradisi jawa seorang perias pasti menjalani laku tirakat untuk memberikan kesan hasil riasannya yang sempurna. Kesempurnaan hasil riasan dalam tradisi jawa bermakna pengantin seperti menjadi orang lain. Selain itu seorang tukang paes pengantin juga merangkap sebagai penata acara. Nah peran ini yang tidak dimiliki oleh Make Up Artis kekinian. Karena pengantin sekarang sudah menyerahkan semuanya kepada Wedding Organizer.
Dalam film ini pemilik villa merasakan adanya bakat yang terpendam dari Yasnina. Sehingga perburuan tanda tangan yang semula digunakan untuk merubah nama di sertifikat mengalami hadangan yang luar biasa. Karena seorang manager yang bangkrut tersebut dipaksa untuk menjadi pembantu pemaes dalam beberapa bulan.
Sekali lagi bukan untuk mencurangi, namun karena seorang pemaes sudah menemukan penggantinya dan hal ini dirasa perlu untuk melakukan kaderisasi dalam dunia paes. Namanya seorang yang memang butuh uang dan dalam keadaan down pasti semua dilakukan. Hanya untuk mendapatkan kembali haknya.
Saya merasakan konflik batin di sini, karena memang profesi seperti ini kini sudah mulai jarang terlihat. Adanya moto hidup, "Sekali mendapat tanggung jawab harus diselesaikan secara tuntas" tergambar jelas di setiap adegan pemaes yang diperankan oleh Tutie Kirana. Dalam menjalankan profesinya, ia sama sekali tidak melirik upah yang diberikan oleh mempelai. Peran tersebut seakan dijalankan dengan tulus ikhlas dengan niat hanya untuk membantu.
Berbagai tragedi disaksikan langsung oleh seorang mantan manajer investasi tersebut. Lama kelamaan seorang murid yang dipaksakan tersebut mengetahui seluk beluk seorang pemaes. Dan tanpa disadari ia sudah mahir dalam menjalankan laku tirakat dan tahap-tahap yang dijalankan demi suksesnya sebuah pesta pernikahan. Sangat diluar nalar memang, ada berbagai hal yang dapat diberikan justifikasi seperti itu. Sekali lagi seorang pegawai di ibukota dan juga lulusan luar negeri pasti akan susah untuk mempercayai laku tirakat tersebut. Namun efek nyata dari laku tirakat khas jawa tersaji nyata di depan matanya.
Pada akhirnya seorang manager tersebut sudah menguasai ilmu paes dan mengemban tanggung jawab yang sangat berat. Seperti judulnya Mantan Manten. Ia diberikan tanggung jawab untuk menikahkan Mantannya sendiri tanpa ia sadari. Sekali lagi moto "Sekali mendapat tanggung jawab harus diselesaikan secara tuntas" seakan sudah mengikatnya. Sekalipun mempelai yang harus dia sukseskan pesta pernikahannya adalah seorang penghianat.
Saya sempat meneteskan air mata melihat film ini, pembangunan emosi yang dapat dikatakan berhasil dalam membuat rasa haru saya tergugah untuk meneteskan sedikit air mata. Apalagi bagi kamu yang pernah ditinggal menikah oleh seorang mantan. Saran saya hanya satu, siapkan tisu atau jika tidak ada jangan melihat film ini.

2 comments: