Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Tuesday, 8 July 2025

Kelimpungan Kuliah Online




Beberapa hari ini saya cukup kelimpungan mengikuti metode belajar online-nya Universitas Terbuka. Selain karena harus mengurusi Umar yang semakin besar semakin kreatif, saya juga memiliki target untuk belajar online meskipun dapat dibuat mainan namun saya menolak untuk main-main. Setiap matakulian harus saya pelajari sebagaimana halnya orang berkuliah offline.

Mungkin memang terlalu berlebihan, namun saya berpikir jika saya bermain-main dalam kuliah maka sama saja dengan melakukan korupsi. Meskipun Mamat teman saat kuliah D3 Perpajakan yang dulu terbilang idealis dalam belajar, akhir-akhir ini mengoreksi idealismenya dengan mengatakan “Jika umur 20-an tidak idealis maka ia rugi, namun jika usia 30-an masih idealis maka ia bodoh”. Namun sepertinya kurang relevan dengan saya.

Karena saya saat ini belajar dengan surat ijin tugas belajar, dengan masih dibayar gaji dan tunjangan, alhasil saya saat ini diberikan hak oleh negara namun diberikan kewajiban untuk belajar. Maka dari itu saya belajar dengan bersungguh-sungguh. Meskipun saya akui tidaklah mudah untuk belajar tanpa guru namun hanya bermodal buku. Dalam setiap diskusi sepertinya kosong, tak ada materi apapun yang dapat saya sesap di setiap diskusi.

Diskusi ini seperti hanya bersifat komunikasi satu arah, sama seperti buku. Namun bedanya buku memberikan materi, namun dalam diskusi saya mengeluarkan materi yang saya pahami. Tidak ada bedanya dengan tugas menulis artikel. Jadi dalam kuliah online UT ada dua hal yang harus dilakukan, pertama adalah diskusi yang setiap minggunya tidak wajib dilakukan, namun jika dilakukan kita akan mendapat nilai tambahan. Diskusi ini berlangsung 8 kali dalam satu semester, sehingga setiap minggunya kita akan diminta untuk menjawab pertanyaan dalam diskusi yang diminta oleh tutor. Kedua yaitu tugas yang diberikan 3 kali dalam satu semester. Durasinya saya lupa setiap berapa minggu sekali, namun durasi pengerjaan tugas biasanya 2 minggu, berbeda dengan diskusi yang setiap minggunya akan ditutup di LMS.

Namun jika saya mengikuti diskusi ini, saya lebih dapat belajar mengenai materi yang harus dikuasai saat diskusi tersebut. Meskipun ada yang kurang pas dengan istilah diskusi, saya tetap mengikuti diskusi ini dengan tuntas dengan kondisi yang saya sebutkan sebelumnya yaitu kelimpungan. Mungkin asyik jika memiliki teman diskusi dalam sebuah mata kuliah, tapi sepertinya mustahil bagi saya yang melakukan rekognisi pembelajaran lampau. Karena saya dapat memilih matakuliah semester berapapun tanpa ada paket semester yang dijatah. Hal ini yang menyulitkan, karena saya pasti harus berpindah-pindah tingkat kelas.

Hingga saat ini saya masih belum menemukan solusi jangka pendek untuk hal ini, untuk solusi jangka panjang mungkin terbilang sedikit gila. Yaitu membuat himpunan mahasiswa jurusan administrasi publik. Selain karena mahasiswa jurusan administrasi publik ini merupakan para pekerja, sebagian besar PNS. Pun juga karena mahasiswanya tersebar dari sabang sampai Merauke, meskipun memungkinkan untuk membuat grup diskusi matakuliah, tapi dengan populasi yang sebesar itu tentu butuh sumberdaya yang besar untuk mengaturnya.

Di sisi lain saya tidak mengenal siapapun mahasiswa jurusan administrasi publik. Menjadikan ini ide gila namun patut untuk dicoba. Mungkin melempar opini ini di grup twitter/X “UT Fess” agar bisa dilakukan cek ombak. Mungkin cek ombak saja tidak cukup, dengan melakukan cek ombak saya harus melakukan tindakan-tindakan lain untuk mewujudkan teman diskusi lintas mata kuliah. Tapi apa bisa? Dan apakah mungkin dengan kondisi saat ini terseok lalu mau membuat organisasi baru? Lihat nanti saja, setidaknya saya sudah menuangkan di blog ini dan harus bertanggung jawab dalam menceritakan hasilnya nanti.

0 comments:

Post a Comment