Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Sunday 21 January 2018

Kesimpulan Sementara Mayor Damar Syaiful Basri


Tepat hari kamis saya dapat orderan untuk ngurir, seperti biasa saya hanya berkhidmad pada satu customer saja untuk mengirim barang. Karena sudah adanya toko kelontong dimana saya menjadi pemilik sekaligus penunggu, jadi sudah tidak ada waktu lagi untuk ngalor ngidul ngirim barang. Karena orderan kiriman baru ready pukul 12, jadilah ide kreatif saya muncul untuk menginvestigasi seorang pahlawan yang selama ini menjadi misteri kehidupan saya. Tak lain dan tak bukan yaitu Mayor Damar.


Dengan pedenya saya mengecek rekam jejak sang mayor yang saya simpulkan beliau adalah militer di Museum Brawijaya. Dengan niatnya saya berangkat pagi untuk menghindari kemoloran dan keterlambatan yang pasti ada ketika sesi wawancara berlangsung. Saat masuk ke lobby museum saya ditemui oleh bapak Suryo Atmojo, tanpa babibu saya langsung menanyakan perihal data kemiliteran yang dimiliki museum. Saya direkomendasikan untuk menuju perpustakaan museum yang dikepalai oleh pak Cahyo. Meluncurlah saya ke belakang museum tepat disamping koleksi gerbong maut yang dimiliki museum.
Sayapun menemukan perpustakaan yang dikelola oleh Kementrian Pertahanan, nama lengkap perpustakaan ini ada perpustakaan Bintal Kodam V / Brawijaya. Pantas saja saya direkomendasikan kesini, karena pak Cahyo merupakan ahli dalam masalah sejarah perang-perangan. Saat duduk sayapun ngecemes tentang tujuan saya menemui beliau, dan beliau bercerita tentang penyerangan saat perang mempertahankan kemerdekaan yang biasa disebut agresi militer. Berujung adanya singgungan pada Rahmat Shigeru Ono, dan beliaupun memberikan sebuah karya tulis tentang rahmat Shigeru Ono. Gayungpun bersambut akhirnya beliau rela untuk menelanjangi sejarah peperangan saat gugurnya Mayor Damar.

Berdasarkan foto monumen yang pernah saya koleksi Mayor Damar gugur pada tanggal 6 Januari 1948. Pak cahyo pun menyahut dengan mendadarkan pengetahuannya tentang perlawanan Mayor Hamid Rusdi. Ketepatan di daerah Wajak dan Turen juga, pada awal januari tersebut juga ada perlawanan yang dilakukan oleh kelompok Rahmat Shigeru Ono di daerah Perbatasan Turen dan Dampit. Kedua peperangan tersebut menjadi kesimpulan sementara diskusi kami.

Mayor Damar Syaiful Basri
Desain Monumen Mayor Damar
 Mendengar kami berdiskusi dengan asyiknya bagian dokumen pun mendengar percakapan kami, entah memang beliau ketepatan mendengarkan diskusi kami atau memang ada informasi dari bagian museum bahwa kami mencari data Mayor Damar. Tiba-tiba seseorang dari seksi dokumen memberikan sebendel dokumen otentik tentang pelaporan pembangunan Monumen Mayor Damar Syaiful Basri 1988. Seketika itu juga saya langsung speechless dengan dokumen yang ada di depan saya. Selidik punya selidik ternyata sang penulis yang bernama Drs. Soepratignyo merupakan peneliti yang menghasilkan penelitian berjudul Pahlawan Mayor Damar di Turen Kabupaten Malang.

Mungkin next time saya harus menyambangi Pak Soepratignyo atau malah saya harus menyambangi rumah Mayor Damar secara langsung. Karena sudah jelas dalam referensi tertulis tersebut asal dan nama seorang anak yang pada tahun 1988 masih berusia 38 tahun. Munkin saja patok berwarna kuning di dampit yang beberapa hari lalu saya ceritakan di sini masih ada kaitannya dengan gugurnya Mayor Damar atau Mayor damar ini satu pasukan dengan Rahmat Sigeru Ono yang saya punya bukunya. Masih ada kemungkinan namun perlu di lakukan investigasi lagi. Setidaknya saya sekarang dapat menjadi detektif dadakan karena punya toko kelontong. hehehehe

4 comments: