Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday 8 January 2018

Tutup Buku 2017


Tahun 2017 telah terlewati, kalau boleh mencomot ucapan salah satu sahabat yang bernama Latif pada ulang tahun spv Google Footprint Malang sekira tahun 2015 yang kurang lebih berbunyi, “semakin bertambah tahun bukan semakin bersyukur, tapi semakin menyesal karena ajal semakin dekat”. Maka dapat disimpulkan semakin lewat tahun jatah umur saya dan kamu -iya kamu yang baca sekarang- berkurang satu tahun. Sangat disayangkan jika hanya terlewat begitu saja tanpa ada proyeksi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang biasa disebut (SWOT) kalau di forum Impala. Maka dari itu saya kok kepingin buat evaluasi seperti ini ya. Tapi ngevaluasi-nya dari tiap hal yang dilakukan. Nah maka dari itu saya mohon maaf banget biasanya saya ngreview destinasi wisata gitu, tapi kali ini biarkan saya menulis rekapan diary tahunan yang saya rangkum di satu artikel ini.
2017 memang tahun yang penuh kejutan bagi saya. Ada peluh, tangis, tawa, frustasi, sumpah serapah dan doa tentu yang bertubi-tubi terulang bagai sebuah daur. Tahun kemarin saya menjadi seorang kurir, sekaligus nulis di web sebelah disambi nge-guide dan bendaharawan web sebelah pula. Saya gak menutup padanan kata pekerja serabutan pada kolom profesi. Tapi semua itu saya lakukan dengan sukacita, terkenang saat kelas 10 MAN. Saat itu ada tes IQ di sana tertulis bakat saya menjadi berbagai profesi. Salah satunya yang saya ingat penulis, peneliti dan akuntan, mungkin karena alam bawah sadar bekerja di sana. Jadi tiba secara tidak disengaja saya berjibaku di sana meskipun uangnya gak selancar saat saya kerja kantoran di perusahaan jasa konstruksi Balikpapan. Di tahun kemarin juga ada batu sandungan saat menjadi kasir di web sebelah. Namun saya enggan menceritakannya di sini.
Kalau di blog ini sendiri pengunjungnya ya segitu saja, tidak seramai saat tulisan tentang Sumber Maron saya booming. Secara grafik seperti punuk unta (punuk lho ya, bukan kencing ataupun daging, tapi punuk) yang hanya naik separuh lalu turun lagi, nah 2017 ini pas di punuknya. Semoga gak turun lagi dan membentuk punuk.
Ingin sekali saya nulis di beberapa web jika kena sortir dan tidak naik tayang saya nulisnya saya tinggal copy paste kesini. Tapi masih ada beberapa konten yang memang saya tulis untuk blog ini sih. Tulisannya juga mungkin tak jauh dari kopi, traveling, sejarah sekitar malang sama yang lagi ramai di bicarakan di sosmed. Minimal hasil keringat saya masih bisa masuk di blog seperti ini kan. Jadi ibarat kata gak ada rotan akar pun jadi. Minimal gak masuk di web besar masih terindeks di mesin pencari Google. Jadi jangan heran kalau nanti saya menulis eh gak tentang destinasi dan jalan-jalan. Kalau mau protes silahkan di kolom komen tiap artikel. Minimal biar saya tau kalau anda kecewa dengan artikel saya. Hehehe.

0 comments:

Post a Comment