Unipa Rusuh Lagi
kondisi kampus saat pendemo datang |
Kemarin 21 Juli 2021 universitas papua tempat saya bekerja kembali dirundung masalah. Ada sekumpulan pendemo mulai hari sabtu melakukan aksi demo di depan gerbang, yang mereka tuntut adalah hasil seleksi mahasiswa baru jalur mandiri yang lumrah disebut sebagai jalur lokal. Jadi ceritanya mereka ini tidak lolos jalur lokal dan menuntut rektor untuk memasukkan mereka yang tidak lolos. Mereka melakukan aksi mulai hari sabtu, hingga puncaknya pada hari rabu kemarin.
Rupanya rektor juga kecolongan, tidak melakukan pengamanan sama sekali terhadap kampus dan para pendemo berulah. Seperti biasanya pendemo melakukan ulah dengan cara anarkis, merusak semua fasilitas kampus dan mengusir semua pegawai yang kerja. Tak cukup mengusir, ada pohon yang mereka tebang dan dibiarkan begitu saja menutup jalan, ada kaca yang mereka hantam dengan batu sehingga pecah, hingga kemarin juga ada pemukulan.
Kepala biro akademik yang rumahnya saya sewa mengalami pemukulan. Memang hingga saat ini berita masih simpang siur, ada yang bilang pak Kashudi ini dilempar batu ada yang bilang dipukul dan Pak Kashudi lari tapi dikejar lantas dilempar hingga tak sadar diri dan dilarikan ke RSUD.
Banyak kekecewaan yang muncul atas rektor Pak Meky Sagrim yang gagal mengantisipasi kelakuan anarkis mahasiswa. Bermunculan pernyataan untuk mogok kerja sebelum pelaku ditangkap dan mempertanggungjawabkan kelakuannya. Karena pegawai memang sudah jengah dengan aksi tahunan ini. Banyak kaca pecah dan juga atasan yang dipukul hingga kepala berdarah dan tak sadarkan diri. Pegawai menginginkan kedaulatan kampus kembali pulih, tidak tunduk dengan aksi Radikal nanti premanis seperti ini.
Alhasil muncullah inisiatif rektor untuk menyerahkan kejadian ini ke pihak berwajib. Hari Kamis tgl 22 Juli 2021 sudah mulai berdatangan polisi untuk melakukan penyidikan. Dan juga rektor mengijinkan polisi untuk masuk kampus mengamankan aset negara, mengingat beberapa kaca pecah dan rawan kecolongan. Saat hari Kamis kemarin juga rektor menyatakan akan mengeluarkan mahasiswa yang terlibat aksi demo, dan menunda sejumlah agenda kampus karena memang pegawai menuntut kasus ini selesai dahulu. Kali ini memang sudah sangat tepat yang dilakukan rektor, daripada seperti tahun kemarin, kampus non aktif hingga berbulan-bulan hanya karena takut mengambil tindakan kepada preman kampus.
Tak hanya rektor yang memiliki inisiatif, pegawaipun rupanya juga memiliki inisiatif untuk mendukung berbagai pihak yang sayang kampus. Saat awal kerusuhan bermunculan twibon yang menyatakan kutukan terhadap aksi anarkisme dan premanisme kampus. hari kedua setelah dilakukan penyidikan dan diputuskan bahwa mahasiswa yang mengikuti demo akan dikeluarkan, maka entah pihak mana yang membuat twibon mendukung keputusan rektor dan senat universitas. Ini merupakan pergerakan baru untuk universitas, yang sebelumnya hanya tunduk diam saat ada kerusuhan di kampus.
Tapi yang sangat disayangkan memang adanya korban dan beberapa aset yang rusak. Seharusnya rektor melakukan antisipasi lebih cepat, sehingga kepolisian sudah bisa masuk kampus atas ijin rektor. Karena selama ini kepolisian tidak dapat masuk kampus jika tidak ada ijin dari rektor. Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, setidaknya rektor Meky Sagrim masih memberikan kecap untuk buburnya, sehingga masih dapat diantisipasi dan dapat dinikmati.
0 comments:
Post a Comment