Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday 22 October 2018

Terbentur, Terbentur, dan Berakhir Terbentuk



Terbentur, terbentur, dan berakhir terbentuk. Entah apa yang membuat akhir-akhir ini kalimat yang populer oleh seorang datuk Tan Malaka mencuat kembali. Mungkin karena rasa revolusioner kawula muda atau mungkin karena kalimat tersebut terlihat keren, maklum akhir-akhir ini ada kreator keren sedang naik daun. Siapa tahu dengan mengapdet kalimat tersebut akan tertular kerennya juga.
Bila dipikir lebih mendalam kata terbentur, terbentur, dan berakhir terbentuk memiliki makna untuk membentuk harus ada benturan. Tak dipungkiri pula benturan tersebut terasa amat sakit. Benturan demi benturan dapat membuat kita mati rasa. Bukan hanya rasa sakit yang mati, tapi rasa untuk merasakan enak juga turun level.
Baca Juga:
Iya turun level, bila kita pernah merasakan rasa sakit, bahkan sering merasakan sakit rasa nyaman, enak, dan nikmat yang awalnya terlampau tinggi pasti akan turun level.
Seperti saat sedang berpuasa, bila kita berpuasa biasanya barulah merasakan nikmatnya air putih. Air putih yang biasanya terlihat biasa karena bisa kita teguk sewaktu-waktu, akan terasa nikmat bila diteguk saat berbuka puasa.
Kenapa?
Jelas karena ada benturan berupa rasa lapar yang dirasakan selama lebih dari 12 jam. Lalu standar rasa syukur kota perlahan-lahan akan turun.
Dan berakhir dengan terbentuk.
Pada poin terbentuk ini disebabkan karena kita sudah terbiasa merasakan rasa sakit yang secara kontinyu dirasakan.
Level nikmat yang ada dibenak sudah mulai turun dan rasa sakit yang kebanyakan orang takut mengalaminya sudah dialami terlebih dahulu.
Maka dari itu jangan takut terbentur, silahkan nikmati rasa sakit itu dan turunkan level kenikmatan yang sudah terukir di dalam benak. Niscaya berakhir dengan terbentuknya mental baja. Berani sakit namun tidak banyak menuntut hak.

0 comments:

Post a Comment