Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday 9 April 2018

Dulu Luka Sekarang Menjadi Lucu


Masa lalu memang tak semata sudah menjadi sejarah yang terarsip dan tak mungkin dibuka lagi, kadangkala ada masalalu yang harus dibuka kembali. Bukan untuk menjustifikasi diri dengan kalimat “susah move on” atau sejenisnya, namun hanya untuk mengulang kisah memori. Tak jarang ada kisah pahit berganti manis ketika dikisahkan pada masa kini. Seperti yang saya lakukan 7 april 2018 ini.
Terlampau lucu untuk dijelaskan

Ceritanya saya diminta untuk mendampingi para climber ke Lembah Kera, tentunya mereka adalah generasi muda yang baru mempelajari panjat tebing sebagai kegiatan petualangan, bukan hanya sekedar kegiatan olah raga. Sejalan dengan permintaan itu saya menjadi ingat masa lalu, masa dimana kuliah sebetulnya menjadi kewajiban, namun berubah menjadi sunah muakad ketika mengenal kekayaan alam dan kekerasan senior. Saat itu pulang malam sudah menjadi keseharian, karena otak dipaksa untuk memikir dan presentasi hingga larut malam. Namun tetap ada kesan yang tak terlupakan, ketika pisuhan dalam sebuah kegiatan mendarah daging.

Kembali ke memori saat berkegiatan, ada perasaan lucu ketika semua itu terulang. Kebetulan kemarin merupakan kegiatan pengenalan pemanjatan. Dengan bermodalkan Hammock saya mencoba mengulang materi yang pernah saya dapat. Mencoba mengakali kesulitan yang mereka derita dengan sebuah instruksi. Tak dapat dipungkiri dalam lubuk hati merasa ini adalah kenyamanan yang hakiki, di ruang hati lainnya malah merasa iba, teringat dahulu diberikan teriakan yang bermakna instruksi. Dalam hati pasti ada rasa dongkol dengan berbagai macam instruksi.
Piknik ceria



Tapi tetap pemanjatan multipitch memang membutuhkan konsentrasi lebih, setiap kepala yang ada di atas wajib memiliki isi sebuah materi. Meskipun para peneriak (biasa disebut tukang clatu) sedang bersantai di bawah, namun tanggung jawab besar berada di belakang mereka. Ketika ada kecelakaan pasti yang bertanggung jawab adalah sang peneriak “Bravo!!!” alias manusia paling tua atau setidaknya anggota dengan nomor anggota terkecil. Ngomong-ngomong tentang teriakan “Bravo” kemarin saya menikmati setiap disuruh berteriak “Bravo !!!!”. Maklum saya anggota paling terlambat mendapatkan nomor dan tidak memiliki jabatan penting sewaktu aktif berorganisasi

0 comments:

Post a Comment