Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Friday 4 May 2018

Cerita Tentang Cerita Perjalanan Traveler Ukhrowi


Buku petualangan
Rihlah Ibnu Batutah (sumber: kautsar.co.id)

Beberapa bulan yang lalu saya menghabiskan waktu dengan membaca Rihlah Ibnu Batutah. Hal ini dilatar belakangi sayang terlampau penasaran dengan kisah hidup beliau. Pasalnya Ibnu Batutah merupakan faqih (ahli fikih) yang sangat senang traveling. Rihlah Ibnu Batutah ini diklaim menjadi catatan perjalanan terbaik pada masanya. Karena pada masa itu masih belum ada penjelajah yang berhasil melakukan pencatatan atas perjalan sejauh itu.
Di dalam rihlah -yang memiliki arti perjalanan- ini, sang ahli fiqih menceritakan berbagai pengalaman yang beliau temui sewaktu pengembaraan, khususnya dalam hal ibadah tentunya. Karena beliau memang seorang ulama’ yang terkenal. Tak jarang beliau singgah di kerajaan dan mendapat hadiah. Karena menurut beliau di zaman itu memang ulama’ menjadi prioritas dan dapat dikatakan tamu VIP. Dengan berbagai keahliannya dalam beragama Ibnu Batutah menemukan intisari dari kehidupan yang terwakili dengan berbagai keunikan.
Dalam sudut pandang beliau hanya mengatakna model perjalanan selama beberapa tahun itu datangnya hanya dari Allah S.W.T. secara konseptual memang seperti itu, selain karena ilmu beliau sudah dapat dikatakan tinggi, pun juga kadar keimanan beliau yang tidak naik turun secara fluktuatif. Jika dapat diperinci modal perjalanan beliau untuk mengelilingi empat benua tersebut dari rentetan penderma yang acap kali beliau temui saat perjalanan. Mulai pemondokan gratis yang bernama zawiyah (pemondokan ini menyediakan tempat tidur, makanan, dan bekal perjalanan bagi para musafir), uang dari para raja atau pejabat yang disinggahi, dan upah dari jabatan yang seringkali beliau sandang sewaktu singgah di sebuah kerjaan untuk beberapa tahun. Jika ditarik garis besar ada tiga sumber modal untuk membiayai perjalanan beliau. Uniknya perjalanan awal yang hanya diniatkan untuk berhaji tersebut dapat meluas hingga ke kerajaan Samudra Pasai berkat para orang dermawan. Betapa banyaknya orang dermawan pada waktu itu. Sehingga tercetaklah sebuah hikayat perjalanan yang sangat tebal milik Ibnu Batutah.
Seakan tiap daerah memiliki pondokan yang disediakan khusus para traveler yang gratis dan hanya mengharap imbalan dari tuhan semata. Meskipun pendatang yang difasilitasi tersebut berasal dari negeri antah berantah, para pemilik pemondokan rela menampung. Sampai-sampai saya berkhayal jika di era modern ini tersedia fasilitas seperti itu di tiap kota pastilah akan banyak bermunculan nomaden traveler dari tiap daerah. Dan pengalaman seru di posting dalam sebuah blog seperti ini. Jangan emosi keleus, B aja.

0 comments:

Post a Comment