Menjadikan Fasilitas Digital Menjadi Heroik
Berbagi tak harus mendekat atau face to face. Tepatnya berbagi hanya butuh modal joat tulus untuk memberi, menempatkan apresiasi setingkat lebih tinggi dari pada harta. Dan memberi sedikit keringanan atas semua prestasi yang pernah dicapai.
Seperti bapakku, sebetulnya banyak hal yang dapat dipetik dari seorang ketua RW 02 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang ini. Bapak merupakan wujud sederhana dari kebaikan, tanpa ada embel-embel upah, bapak siap untuk bekerja. Bukan hanya memberi secara langsung, tapi berbagai hal yang harus diselesaikan di balik layar beliau kerjakan.
Wujud kebaikan sempurna sepertinya akan sia-sia saja. Bila hanya ada niat “kapan balik modalnya?”, “kapan dapat balasannya?”, dan alasan-alasan pamrih matematis lainnya.
Salah satu kebaikan yang paling sering bapak contohkan adalah membeli keperluan dari pedagang kaki lima. Memang beliau sangat jarang secara langsung mengucap kata #buatKamu tapi dengan membeli kebutuhan mulai sapu hingga beras dari pedagang kaki lima, bapak secara tidak langsung sudah bilang #buatKamu kepada mereka.
Berbagi secara sembunyi-sembunyi ini perlahan-lahan saya lakukan. Bukannya harus bertatap muka tentunya, seperti bapak yang kerap menanggung biaya listrik mushola saya pun melakukannya juga. Setiap saya solo riding sembari traveling saya pasti mengisi TCASH lebih dari 20.000. fungsinya?
Setiap saya singgah di sebuah mushola atau masjid bila menggunakan PLN prabayar saya mengisikannya. Sehari sekali atau selama traveling mengisi sekali saja sudah membuat saya lebih berarti. Tak cukup di sana saja, bila memang lokasi destinasinya memungkinkan untuk menggunakan TCASH saya pasti mengisi lebih dari biasanya. Untungnya ada daftar Merchant TCASH yang dapat dilihat dengan mudah.
Mungkin mengolah teknologi menjadi kebaikan seperti ini yang tidak dimiliki oleh bapak. Lha wong disuruh bawa handphone saja sulitnya minta ampun. Tapi ada sebuah kisah beliau mendonasikan sisa uang kepanitiaan ke Lombok. Tentunya dengan memberikannya kepada Badan Amil yang menyelenggarakan rehabilitasi pasca gempa Lombok. Meskipun tidak secara kafah (menyeluruh) beliau masih menggunakan teknologi transfer.
Dan hal ini pun juga saya lakukan, pasca gempa Palu-Donggala saya menginisiasi sumbangan sampah. Dengan mengumpulkan sampah yang memiliki nilai ekonomis dan memasukkannya ke Bank Sampah Brawijaya. Hasilnya tentu ditransfer melalui TCASH ke Badan Amil yang ada di pilihan donasi. Mungkin para pembaca dapat menyelidikinya di cara pakai TCASH.
Mungkin kebaikan-kebaikan tersebut dapat diterapkan pada era teknologi ini. Apalagi hari ini hari pahlawan, tak mungkin menjadi pahlawan bila hanya share “bantu orang ini” di status fb atau pun twitter. Pahlawan sejati adalah ketika kita mengorbankan kenyamanannya demi orang lain. Rasanya sangat serampangan juga bila kita menyebut leyeh-leyeh sembari menyebarkan anjuran berbuat baik sebagai pengorbanan.
Lagi-lagi saya harus merujuk kepada etika bapakku, yang lebih memilih makan tahu tempe tapi PLN mushola di kampung terbayar sebelum tanggal 5, dari pada makan ayam tapi PLN dan PDAM mushola sampai tanggal 15 masih belum terbayarkan. Atau setidaknya pada 10 November nanti para ditelpon pintar para pembaca sudah ada aplikasi TCASH Wallet. Bukan untuk meraih keuntungan seperti pemilik sarang walet, tapi untuk membantu saudara disekeliling pembaca.
Salah satu contoh bantuan sederhana adalah, ketika kalian dapat membantu tetangga membayar tagihan bulanan (listrik, internet, telepon rumah, PDAM). Bukannya hanya berteriak “bantu mbah ini ketika lewat jalan menuju surga”. Bukankah memberi kemudahan kepada orang di sekitar kita lebih berharga dan lebih heroik? Biasanya mereka harus jauh kesana kemari -tanpa ada tertawa- hanya untuk membayar tagihan bulanan. Tentunya tagihan pembayaran tersebut dapat dibayar #pakeTCASH
Wah bayar apapun mudah ya pakai TCASH
ReplyDeleteGak cuma bayar aja, tapi berbuat kebaikan juga mudah
Delete