Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Saturday 5 June 2021

BUMN Kok Minta Bailout?


Betapa luwesnya bisnis AirAsia


Beberapa hari yang lalu beredar isu bahwa garuda Indonesia akan diberikan suntikan dana melalui mekanisme bailout oleh negara. Jika dirunut maskpai berplat merah ini memiliki rekam jejak yang tak begitu baik di berita, mulai dari adanya titipan sepeda pancal yang harganya setara gaji saya selama dua tahun hingga laporan keuangan yang tiap tahun merugi melulu. Inilah alasan saya enggan untuk membei saham yang berkode GIAA. Setiap tahun merugi apa yang dapat dierjuangkan? Sebelum adanya covid mereka beralasan karena harga bahan bakar terlampau mahal, pun saat covid mereka beralasan bahwa penumpang menurun semenjak adanya virus yang dari Wuhan itu.

Saya menilai garuda ini kalah luwes dengan pesaing bisnis lainnya. Kita ambil contoh Lion grup, meskipun maskapai Lion Airnya terkenal dengan delay yang acap kali tak masuk akal, perusahaan yang menaungi maskapai tersebut tetap berkibar. Salah satu alasannya ya keluwesan dalam menjalankan bisnis, tak hanya berfokus pada penerbangan. Kembangan sayap Lion grup dapat menanungi perusahaan ekspedisi seperti Lion Parsel. Jika fokus kepenerbangan saya kira perusahaan yang menaungi Lion Air, Wings Air, dan Batik Air ini juga akan tumbang. Tapi ada peluang bisnis kargo yang juga diambil oleh grup ini. Usahanya beda tapi dapat dilakukan dengan alat yang sama, yaitu pesawat. Mungkin garuda juga sudah melakukan ini tapi bisnis to bisnis, bukan bisnis to customer.

Contoh kedua berasal dari maskapai murah juga yaitu Airasia. Saingan yang berasal dari Malaysia ini lebih mengesampingkan gengsi. Berfokus pada kaum menengah kebawah, tapi juga tetap berkibar. Beberapa tahun yang lalu memang sempat terseok dengan dicabutnya nama maskapai berlatar warna merah tersebut dari travel online Indonesia (seperti traveloka dan tiket.com). tapi inovasi yang dilakukan Airasia cukup mencengangkan, yaitu dengan membuat jasa travel sendiri. Alih-alih sakit hati karena dimusuhi maskapai Indonesia, perusahaan yang berinduk di Malaysia ini malah mewadahi maskapai Indonesia untuk menjualkan tiket di travel online miliknya. Mengingat trayek AirAsia sendiri masih belum banyak, sehingga jika ada pembeli melintasi trayek yang tidak ia miliki, maka dialihkan dengan menaiki maskapai merk lain.

Tak cukup sampai di sini, hari ini saya juga melihat twit AirAsia Indonesia menjual kosmetik. Tentunya sah-sah saja jika maskapai menjual kosmetik, toh biasanya juga Sriwijaya menjual pernak Pernik hingga parfum di dalam pesawat. Tak ada yang salah dalam mempertahankan sebuah bisnis, hanya gengsi sebuah maskapai saja yang harus direm. Sepertinya Garuda masih mempertahankan gengsi itu hingga saat ini, dan berdampak pada ketidak luwesan dalam menjalankan usaha. Ujung-ujungnya merengek kepada pemerintah untuk diberikan dana talangan. Fungsi BUMN yang digadang-gadang akan memberikan pendapatan negara bukan pajak seakan musnah jika ini diteruskan.

Sedikit opini dari saya sebaiknya Garuda mengurangi gengsinya, sehingga banyak lini bisnis yang sekiranya seksi untuk dikerjakan dapat dikerjakan dengan baik. Selain mengurangi gengsi sebaiknya Garuda melakukan jemput bola, seperti memberikan penawaran ke pihak pemerintah untuk menggunakan maskapainya saat perjalanan dinas atau memberikan promo khusus untuk penerbangan yang menggunakan APBN. Ini menurut saya adalah bantuan yang paling pas untuk diberikan kepada Garuda. Toh negara tidak terlalu rugi jika menggunakan jasa BUMN. Pun juga bagi pemerintah, sebaiknya membantunya dengan cara seperti itu saja. Saat ini bantuan seperti itu yang saya rasa masih belum dilakukan pemerintah. Seperti contohnya kami di Manokwari untuk terbang ke Jakarta menggunakan Garuda saja sudah menyalahi aturan, karena harganya lebih mahal dari standar biaya yang sudah di tentukan oleh kementerian keuangan. Maka dari itu harus ada sinergi dan pemerintah lebih baik memberikan pertolongan sejaug menjadi penglaris saja untuk garuda.

0 comments:

Post a Comment