Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan
Showing posts with label passion. Show all posts
Showing posts with label passion. Show all posts

Friday, 27 April 2018

Ternyata Saya Ini Influencer


Pict by: ig akun @dimassuyatno
(mimin @agendasolo)

Jadi ceritanya kemarin web sebelah mendapat undangan dari Telkomsel berisi ajakan untuk gathering buzzer se-Jawa Bali. Ya siapa lagi yang mau mewakili selain saya yang bertubuh krempeng dan rambut keriting gantung ini. Pemilik web sebelah juga sudah memberikan titah agungnya kepada saya. Ditengarai rasa penasaran saya atas acara tersebut, maka saya mengamininya.
Acaranya sebetulnya hanya sebatas dinner saja, saya memiliki kebiasaan buruk jika diundang dan berkumpul dengan para buzzer. Pasti saya akan ngobrol banyak tentang akun sosial media (tempat mereka menambang uang) dan melupakan rangkaian acara yang mempertemukan saya dengan para mimin. Hal tersebut berulang di acara yang terselenggara di The Goodsdinner Surabaya.
Saya sama sekali tidak menghiraukan yang dikatakan mbak-mbak dari Narrada (pihak ke-3 Telkomsel), materi presentasinya pun sampai detik ini saya tidak ingat sama sekali. Karena sangat menarik untuk berdiskusi tentang pekerjaan, selain karena mereka adalah para mimin dari luar Malang, juga saya masih penasaran dengan pekerjaan influencer ini sebetulnya mbejaji atau tidak.
Sebetulnya para mimin tersebut adalah para mimin dari akun-akun yang terbilang besar. Kalau tidak percaya dapat dicek sendiri instagram seperti Dyodoran, Instapurwokerto, Insidelombok, aslisuroboyo dan puluhan akun lainnya. Dapat dipastikan follower mereka sudah di atas 100K. Ini yang membuat saya tertantang untuk berdiskusi dengan para pembuat konten.
Dan akhirnya lagi-lagi saya mendapat kejutan berupa kamera polaroid Leica. Dengan sistem pemilihan lotre nama saya terpilih sebagai pemenang. Awalnya saya kira kamera poket, ternyata eh ternyata kamera mahal. Ya disyukuri saja, meskipun tidak dapat kamera saya tetap akan bersyukur. Bertemu dengan mimin accross city adalah pengalaman baru sekaligus ajang motivasi diri untuk pengembangan web sebelah.

Sunday, 23 July 2017

Kerja dalam Sebuah Passion




Ini adaah pertama kalinya aku menulis di bulan yang dingin ini. Bulan yang bertepatan dengan bulan Syawal di tahun hijriah ini ada event besar di area Malang Kota. Event yang di gelar oleh pemerintah kota seluruh Indonesia ini terlaksana dengan gegap gempita. Abah Anton sebagai walikota Malang tak luput dengan pakaian dan udeng malangan-nya. Salah satu kekaguman seorang Pungkas Nurrohman di dalam serangkaian acara yang disajikan oleh Diskominfo Kota Malang yaitu pada pawai budaya. Saya selalu mengagumi keluhuran ibarat diajak menaiki bianglala. Alasan simple saya mengagumi sebuah budaya karena pasti ada nilai kearifan lokal yang tercermin dari sebuah hasil kebudayaan. Hasil kebudayaan yang saya maksut disini yaitu kesenian-kesenian seperti seni tari, topeng dan seni musik yang sarat akan nilai kearifan lokal.

Melihat satu kebudayaan yang tersaji saja sudah menjadi keuntungan dan kebanggaan tersendiri bagi saya. Serasa di manja dengan filosofi-filosofi asli daerah dimana budaya tersebut berasal. Lha kalau hari ini ada 59 dari total 98 peserta Apeksi yang mengikuti pawai budaya. Terbayangkan rasanya jika para pembaca menjadi saya?. Dimomen ini juga saya dibekali kamera sama “web sebelah”. Memang tidak hanya untuk bersenang-senang tapi untuk kerja. Namun kerjaan kali ini ibarat harus ada tanda sama dengan diantara kata “kerja” dan “bersenang-senang”. Menjepret gambar manusia saling bercengkerama dengan mengenakan 2 pakaian adat yang sudah dipastikan berbeda sangat bertunggal ika ditengah kebhinekaan negri ini.
kapan lagi bisa ngejepret gambar orang betawi satu frame dengan batak

Unik-unik? pasti, seneng-seneng? pasti, capek-capek? pasti, kerjaan beres? Pasti!. Inilah kerjaan yang paling saya dambakan sejak kelas 2 SMA. Kerja capek namun hati senang. Yah bisa dibilang sebelas dua belas dengan rekreasi. Memang duitnya yang dihasilkan tak seberapa. Tapi kekecewaan dari sifat materialistik saya sudah tertutup dengan passion yang udah mulai terfasilitasi setidaknya dengan jepret sana, jepret sini, cari bahan sana, cari bahan sini, pusing sana, pusing sini. Saya sudah masuk lebih dalam dengan passion yang saya miliki. Itulah impian hidup yang irasional namun terwujud.