Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Friday 23 February 2018

Tentang Ke-Nihil-an Tulisan Selama Seminggu


Libur nulis karena belajar itu adalah sebuah kelumrahan, ibarat HP gak mungkin untuk mengeluarkan energi melulu, harus di charge. Tujuannya tak lain dan tak bukan hanya untuk menghasilkan output yang lebih mbois dan beragam. Karenanya saya mulai hari senin sampai jumat ini memilih break nulis dan fokus kepelatihan sejarah.
Awal kisah ikut pelatihan ini sebenarnya karena info dari seorang teman yang dapat dikatakan berkhianat. Lha gimana? Orang seorang teman tersebut katanya mau ikut malah gak ng-apply. Tapi meskipun dikhianati saya tak rugi-rugi amat. Cuman pas pelatihan saya sendirian aja -udah biasa sih sendirian- tapi menemukan teman baru di sana. Lebih mirip konsep solo traveling sih, meninggalkan teman lama untuk memperoleh pengalaman baru dengan teman baru pula tentunya.
Terlepas dari peristiwa pengkhianatan tersebut, isi dari pelatihan kepenulisan sendiri tentang bagaimana menulis sejarah secara benar. Mulai dari metodologi penelitiannya sampai pada penyusunan laporan dan menuangkan buah pemikiran pada tulisan. Sangat menarik memang untuk saya yang sudah sangat ingin melakukan penelitian tentang Mayor Damar.
Sayangnya berbagai estimasi banyak yang tidak berujung faktual. Salah satu buktinya saya kira ini adalah ajang meneliti dan menulis non akademik alias popular. Tapi faktanya naudzubilah, yang diajarkan sebelas dua belas sama cara nulis sekripsi. Dan hal itu harus dikerjakan selama 3 hari saja, rasa ingin modyar tertutupi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu yang terkesan woles nan elegan. Melihat kesantaian mereka mengerjakan -walaupun ada beberapa yang terkesan tak santai- ibarat oase di tengah kebimbangan dan kebingungan. Raut muka woles mereka menyiratkan pesan “stel kendo ojo stel kenceng”. Maka dari itu saya selama pelatihan ngopi 3 kali sehari. Karena teringat lirik “disambi ngopi golek inspirasi ojo kakean atraksi” sebagai kelanjutan pesan stel kendo yang rertulis di atas.
Ngomong-ngomong tentang kopi, selama 5 hari kemaren rasa kopi yang tersaji bisa dibilang naudzubillah tsumma naudzubillah. Salah seorang sarjana seni ISI yang mengikuti pelatihan menyamakan kopi yang tersaji lebih mirip kopi sarat.hanya sebatas legalitas saja membuat kopinya. Lebih banyak airnya dari pada kopinya. Entah memang ada sedikit anggaran untuk menyajikan coffe break atau pihak hotel sudah menduga bahwa peserta pelatihan tak ada penikmat kopi.
Jika penyebab kedua yang melatarbelakangi pembuatan kopi yang ngono iku lah, dapat dikatakan mereka disorientasi terhadap peserta yang hadir. Dari 50 peserta dapat dinyatakan lebih dari separuh penikmat kopi dan 3 orang dapat dinyatakan ahli dalam bidang kopi. Malah ketiga orang ini sandang pangan-nya bersandar pada pasaran kopi. Lebih keren ketiga orang ini rupanya dari pada profesor yang meresmikan dan menutup bimbingan teknis ini.
Kalau boleh menjelaskan dalam bimbingan ini ada berbagai bapak-bapak dan ibu-ibu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari tukang nulis, pengajar disekolahan, tukang kopi, mahasiswa, dan pengangguran seperti saya ini. Pasti pada tanyakan kenapa saya menyebut kawan 5 hari selama di hotel dengan ibu dan bapak? Ya alasan apalagi yang pantas selain umur mereka yang terlampau jauh dengan saya yang masih imut tapi belum laku ini. Ah sudahlah saya memilih untuk mengakhiri omong coro kali ini.
Eh bentar sebelum diakhirin saya ingin memetik hikmah dari 5 hari tidur hotel kemaren. Dari perjumpaan bersama peserta pelatihan kemaren saya belajar banyak dari sesi makan dan ngoceh bersama para peserta. Karena latat belakang mereka yang keren sehingga saya secara tidak langsung memetik pelajaran dari mereka. Dan juga ada rencana membuat buku bersama mereka yang sudah termaktub dalam pengumuman di grup Whatsapp. Moga-moga aja rencana ini bukan seperti mendung yang ditunggu malah gak hujan. Uwuwuwuwuwuw

Foto-foto:
Kondisi kahar ketika peserta pada pusing

Slepi duyu di lift bersama ibu-ibu yg selantai namun tak sekamar
Raut muka segar diambil ketika selesai pembukaan

Ini mas-mas dari pulau dekat madura namun bahasanya bajo


Sesi seperti ini yg memberikan manfaat lebih saat sharing bersama peserta lain

Jangan sampek nyimpulin enak karena ada camilan, itu kepala udah pada berasap


0 comments:

Post a Comment