Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Thursday 26 November 2020

Impianku: Mimpi Menjadi Pemimpin


pertumbuhan vs pemerataan
Sumber gambar: mnews.co.id (atas) dan javafx.news (bawah)


Menjelang musim pemilihan kepala daerah ini, saya jadi ingin berkhayal jika saya menjadi pemimpin. Karena lama-lama capek juga jika terus menerus mengkritik pemimpin. Yang pastinya masih ada kekurangan dan ketidak cocokan di sana-sini, namanya juga pemimpinnya masih manusia. Kekurangan adalah keniscayaan bagi setiap manusia.

Kembali lagi ke khayalan saya, jika saya menjadi pemimpin indonesia pasti akan saya lakukan sebaik dan sebisa mungkin. Mulai dari tahap kampanye pasti sudah saya pikirkan baik-baik. Setiap hal yang saya janjikan pasti akan saya lakukan dengan jangka waktu yang sudah terencana dengan matang. Tentunya organisasi pemerintahan yang saya bawahi tidak akan mampu melaksanakan sekaligus, maka dari itu saya buat timeline pertahun. Dengan masterplan merubah kehidupan masyarakat dengan merubah pola pandang terhadap kemakmuran.

Seperti yang sudah kita ketahui, saat ini kita fokus kepada pembangunan ekonomi. Setiap tahun hasil survei yang dipublikasikan di televisi, sosial media, maupun di baliho pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan metode penghitungan pertumbuhan tersebut hanya menghitung jumlah akumulasi pertambahan kekayaan warga negara. Jika diteruskan hal ini akan menjadikan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Karena tujuan pembangunan negara hanya kepada pertumbuhannya saja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan menjadi cita-cita bangsa yang gagal menjadi fokus pembangunan.

Solusi yang saya usung adalah merubah mindset tersebut menjadi keadilan ekonomi. Membuat inovasi program yang dapat memangkas gap antara si kaya dan si miskin. Tentu warga negara yang miskin akan diuntungkan sedangkan yang kaya akan dirugikan. Tapi prinsip ini dapat memberikan dampak kesetaraan ekonomi. Secara elektabilitas tentu akan turun juga, apalagi pemilik modal juga akan lari. Tapi secara ikatan antar warga negara pasti akan lebih erat. Unsur gotong royong akan lebih mantap sehingga pemikiran ekonomi yang awalnya ingin meraup keuntungan sebanyaknya akan bergeser menjadi meratakan ekonomi selayaknya.

Dari perubahan mindset tersebut akan ada orang kaya yang tidak semena-mena karena memang saling memikirkan warga negara lainnya. Keberagaman pun tetap terjaga, tanpa menggeneralisir pekerjaan ataupun cara mencari penghidupan tiap-tiap orang. Sehingga masyarakat dengan cara menyikapi hidup yang sama sekali berbeda seperti masyarakat adat contohnya tidak akan terganggu haknya.

Seperti yang sudah saya paparkan di atas, sebetulnya akar masalah carut marutnya hanya tentang mindset arah pembangunan. Sehingga menjadi efek beruntun bagi berbagai sektor. Mulai dari penghidupan masyarakat hingga perubahan iklim yang terdampak dari menominalkan tiap batang pohon. Semua dinilai dengan uang karena memang tujuan akhirnya bukan memangkas gap, tapi menaikkan pertumbuhan ekonomi. Kembali lagi kepada cita-cita saya yang menumbuhkan kembali sifat gotong royong tadi, si kaya tentunya akan dengan senang hati mengalah jika sifat gotong royong tadi sudah terjalin erat. Saling tolong menolong antar warga negara sudah menjadi hal lumrah.

Untuk mengubah ini semua tentu butuh peran generasi muda yang cekatan sekaligus visioner dalam mengubah mindset. Ibarat kata dalam sebuah otak, pola pikir menumbuhkan ekonomi ini baru saja bersemayam di dalam generasi muda. Sehingga sangat mudah untuk "mencuci otak" mereka dengan pola pikir baru. Sehingga saat kepemimpinan saya pola pikir tersebut sudah tertanam di dalam calon pemimpin yang tak dapat dipungkiri 20 tahun yang akan datang sudah menjadi rezim baru.

Selanjutnya tinggal menyirami saja dan menumpas gulma yang mengganggu pertumbuhan pola pikir tersebut. Jika sudah begini memang hambatan terbesar adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat dan negara lain akan prihatin. Tapi dalam jangka panjang akan ada hutan yang lestari karena diambil secukupnya, masyarakat adat yang saling subsidi pengetahuan dengan masyarakat perkotaan, dan tidak adanya saling koreksi mengenai cara mencari penghidupan yang di masa kini lumrah terlihat dengan mata kepala kita.

Sekian impian yang akan saya wujudkan jika saya menjadi pemimpin. Mungkin ide hanya menjadi gagasan. Tapi semoga semangat ini dapat tersalurkan. Siapa tau para pembaca merupakan calon pemimpin negeri ini di masa depan.

2 comments: