 |
Genjotan Menuju Produktivitas Negeri |
Dulu jaman saya kecil pernah diajak kakak untuk berkeliling
kios menawarkan keripik usus, setiap senin malam saya dan kakak mengedarkan
keripik tersebut. Lain dahulu lain sekarang, di era teknologi 4.0 ini saingan
usaha kian ketat, berbagai Negara dapat menjadi pesaing dengan sekali klik di
gawai saja. Sejalan dengan adanya internet untuk bisnis, kini jualan dapat
dikatakan semakin mudah pun juga sah saja jika kita mengatakan semakin sulit.
Awalnya saingan
penjual eceran hanya tetangga kecamatan, kini pesaingnya langsung dari tempat
antah berantah yang tidak kita ketahui. Tapi tunggu dulu, meskipun pesaingnya
lintas negara, kita bisa memenangkan persaingan usaha dengan berbagai ilmu.
Ibarat kata kita akan berperang di dunia internet dalam menawarkan barang,
bagaimana caranya agar dapat menjangkau setiap orang yang ada di seluruh jagat
melalui dunia maya? Ada ilmu bahasa yang harus kita kuasai dahulu, agar
komunikasi lancar. Pun juga ada ilmu-ilmu lain yang seharusnya kita kuasai
untuk memenangkan pertarungan. Setidaknya berikut adalah beberapa ilmu yang
wajib dikuasai selain bahasa.
Search Engine Optimization (SEO)
Mesin pencari ibarat traktor ladang internet, semua orang
pasti akan menanyakan berbagai hal di internet. Jika sudah menang di mesin
pencari (katakanlah Google) kita sudah dikatakan separuh memenangkan
pertarungan. Tinggal bagaimana kita memenangkan setengahnya lagi, dengan cara
memberikan kualitas yang bagus dan pelayanan yang baik saja.
Mesin pencari yang saya maksut adalah mesin pencari yang hingga
saat ini masih belum tergantikan, ya benar Google. Sekali tayang di halaman
pertama
Google dengan strategi yang tepat pasti akan membuat produk lebih
dikenali. Menjadi terkenal hanya butuh strategi yang ampuh, lain halnya dengan
jaman dahulu kita harus beriklan di televisi dahulu baru produk kita dapat
dikenali masyarakat luas. Meskipun akhir-akhir ini juga ada penawaran untuk
beriklan di Google, tapi tetap jika berangkat tanpa strategi akan sia-sia.
Hal ini terbukti ampuh untuk mendatangkan pesanan yang lebih
banyak. Karena mayoritas milenial (sebutan untuk anak kekinian) sebelum membeli
barang pasti akan bertanya ke Google dahulu. Mulai dari jenis, kualitas, sampai
pada ujungnya dimana membeli barang tersebut. Pasti akan banyak sekali pembeli
jika kita menjual pada website yang dibangun dengan bungkus SEO. Websitenya
akan semakin terkenal dan produknya pun juga akan laku keras. Sekali lagi
meskipun tidak ada jaminan.
Internet Marketing
Sebetulnya internet marketing ini sangatlah luas. Semua hal
yang menjadi prospek bisnis untuk berjualan di internet dapat dikatakan
internet marketing. Seiring berjalannya waktu cara berjualan di internet
semakin berkembang, tidak hanya menawarkan barang saja tapi hingga pada taraf
membuat influencer baru lalu mempromosikan barang dagangannya sendiri.
Berbagai macam strategi untuk menggaet pembeli di internet
hendaknya sudah dikuasai penjual sebelum meluncur ke pasar daring. Banyak
negara yang saat ini sudah membuka diri untuk mendatangkan mentor bisnis dalam
hal internet marketing. Hendaknya jika Indonesia mengikuti jejak langkah
negara-negara tersebut untuk menjadi maju. Banyak negara sudah meyakini ilmu
yang satu ini memang sangat fleksibel, sehingga mereka tidak cukup mendatangkan
pakar hanya sekali saja. Setiap ada update informasi mereka undang pakar untuk
belajar. Memang terlihat akan menghabiskan uang besar, tapi jika tidak
mengikuti perkembangan jaman Indonesia akan ketinggalan jaman.
Expor-Impor
Setelah memberikan pembelajaran dalam hal berjualan
hendaknya SDM Indonesia diberikan informasi terhadap hukum ekspor maupun impor.
Karena seperti yang sudah saya tuliskan di atas, SDM kita seharusnya diberikan
ilmu tentang berjualan di pasar global. Dengan menggunakan internet tak ayal
SDM Indonesia akan dapat menjual produknya ke benua lain.
Mungkin tidak hanya dicukupkan dalam ilmu hukum impor yang
diterbitkan oleh pemerintah Indonesia saja, tapi hendaknya juga mempelajari
cara ekspornya juga. Bukankah negara akan maju jika bisa menjadi penjual,
neraca perdagangan akan menjadi surplus bila kita terus-terusan ekspor barang
ke luar negeri. Maka dari itu sangat mengherankan bila ilmu untuk step by step dalam berjualan di luar
negeri tidak diajarkan.
Mungkin juga pemerintah baru dapat mendorong ekspor dengan
cara bekerjasama dengan toko online yang berskala international. Seperti
Alibaba,
Amazon, dan toko online lain. Menjadi keuntungan besar sepertinya jika
kita dapat bekerjasama dengan toko online lain, sembari membangun toko online
yang berskala Internasional seperti yang dilakukan
Bukalapak. Menurut saya
dukungan penuh pemerintah dalam menembus kerjasama internasional ini dapat
lebih cepat, dari pada setiap perusahaan swasta membuat kerjasama
sendiri-sendiri.
Memang ketiga pengajaran ataupun eksekusi tersebut akan
hanya menjadi angan-angan tidak nyata secara online saja. Karena memang dunia
saat ini sudah bertransformasi semenjak adanya internet. Semua hal akan dipaksa
untuk bersentuhan dengan ilmu online yang dapat saja berubah setiap saat. Mulai
dari ilmu SEO sampai Internet marketing pastilah akan bersinggungan langsung
dengan hal yang dapat disebutkan dengan daring.
Risiko pemerintah baru jika mengeksekusi ide dan gagasan
yang saya sebutkan adalah menyiapkan anggaran yang lumayan besar. Karena setiap
waktu ilmu perinternetan berkembang, perkembangan ilmu tersebut berjalan secara
lebih cepat, dan otomatis setiap waktu harus ikut perkembangannya dengan berinvestasi
ilmu secara rutin. Tidak bisa dengan cara pengajaran sekali saja lantas tidak
menghadirkan mentor lagi karena berharap ilmu yang sudah dikuasai saat ini
sudah cukup.
Jika boleh mengambil contoh nyata pembekalan SDM yang nyata
seperti kebijakan
Kadin dalam sosialisasi Paspor Barang ke daerahyang tercetus
dalam rapimnas yang tersenggelenggara kemarin di Bali. Dengan sosialisasi
seperti yang dilakukan Kadin Indonesia ini rasanya akan memperoleh dampak nyata pada daerah-daerah di Indonesia. Pasalnya selama ini pembangunan
SDM dalam hal perdagangan International hanya berpusat pada Jawa Sentris.
Sehingga potensi 40% Populasi ASEAN ada di Indonesia, 36% GDP ASEAN ada di Indonesia,
dan 42% Wilayah ASEAN ada di Indonesia ini menjadi kurang maksimal. Karena
pembangunan SDM saat ini hanya berpusat di Jawa. Jikalau dari 40% populasi
ASEAN yang ada di Indonesia tersebut pemerintah dapat menyiapkan SDM sekitar
30% saja, negeri ini sudah dapat
dikatakan sangat maju.
Karena jika 30% populasi sudah bisa dimaksimalkan untuk
menguasai pasar dagang ASEAN, pastilah sekitar 50% perputaran uang di ASEAN
akan berfokus di Indonesia. Dengan syarat tidak adanya Jawa sentris dalam share ilmu maupun pasar. Katakanlah
setiap daerah di Indonesia sudah menguasai ketiga ilmu yang saya katakan di
atas, ditambah adanya kerjasama dari pemerintah dengan toko online yang sudah mendunia pasti akan
menjadi kombinasi jitu dalam membangun SDM Indonesia.
Sebagai pesan penutup saya ingin mengatakan bahwa Indonesia
sudah memiliki wilayah yang luas dan penduduk yang banyak. Secara kuantitas
kita sudah menang banyak, hanya mendobrak kualitas yang dapat dibangun dengan
cara daring. Sayang rasanya jika hanya menjadi pembeli saja tanpa memanfaatkan
potensi yang kita miliki. Toh dengan online
sudah bisa memangkas ongkos transportasi dalam mengembangkan SDM. Hanya
butuh silabus pendidikan yang digarap secara serius dan tidak hanya berhenti di
teori saja. Karena jika SDM Unggul Indonesia Produktif.
 |
Info Grafis Peluang Indonesia Di Mata ASEAN |
*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog yang diadakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)