Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan
Showing posts with label ekonomi. Show all posts
Showing posts with label ekonomi. Show all posts

Tuesday, 8 April 2025

Koperasi dalam Konferensi


Andy Stauder dalam presentasi mengenai Transkribus di Konferensi Wikisource


Sudah lama saya mendengar bahwa koperasi di Eropa tumbuh subur. Fokus koperasi di sana juga cukup general, tidak melulu tentang koperasi sebagai dukungan finansial, namun juga meluas hingga menjadi organisasi setara perusahaan namun dijalankan dengan prinsip demokrasi.

Awal saya bersinggungan dengan koperasi dan mengenal kedalaman koperasi adalah melalui Gapatma, dengan mengusung demokrasi ekonomi (demeko), 334455 menyebarkan pemahaman koperasi tidak hanya tentang dukungan finansial sebagai koperasi simpan pinjam, namun juga melalui prinsip sebuah usaha ekonomi juga dapat dibuat demokrasi melalui koperasi. Karena prinsip koperasi yang diusung oleh bung Hatta adalah sama rasa sama rata. Sehingga tidak ada pemilik modal dan pekerja, semuanya menanggung konsekuensi dari sebuah bisnis yang diusahakan bersama. Seperti yang sudah saya ulas dalam tulisan beberapa tahun lalu.

Saat itu saya hanya mengetahui kabar melalui lisan dan sosial media saja, bahwa konsep koperasi sudah timbuh subur di tanah Eropa, hingga klub bola Barcelona juga katanya dikelola oleh koperasi. Karena memang hanya melihat dan mendengar melalui tulisan, saya masih belum 100 persen percaya. Bisa saja konsep koperasi tersebut hanya dibingkai dari luar, mirip seperti koperasi simpan pinjam di sekitaran rumah saya, yang dari penampilan koperasi namun dalamannya lintah darat. Yang tidak pernah mengajak anggotanya rapat dalam hal pengelolaan bisnis.

Hal tersebut, ternyata terbantahkan saat saya mengikuti konferensi di Bali kemarin. Salah satu presenternya adalah Andy Stauder. Seorang direktur dari Read co-op yang merupakan developer dari transkribus. Saat itu Andy mempresentasikan transkribus sebagai produk OCR tulisan tangan. Gampangannya jika kita memiliki tulisan tangan berupa PDF, transribus ini dapat membantu menjadikan tulisan ketikan. Transkribus kini bisa digunakan di wikisource bahasa indonesia hingga jawa. Untuk presentasi Andy mengenai hal ini jika pembaca tertarik dapat melihat di sini.

Terlepas dari presentasinya, saya terperangah dengan model bisnis dari Read Co-op ini. Dengan model manajemen koperasi berhasil membuat suatu usaha teknologi dengan anggota lintas negara dan juga berhasil bekerjasama dengan ratusan perusahaan. Hal ini dilandasi dengan motto "tujuan sebelum keuntungan". Agak gila juga rasanya motto tersebut, dengan mengesampingkan keuntungan namun fokus kepada tujuan, dan masih bisa jalan sejak 2019. Hal ini mematahkan asumsi bahwa yang terlalu idealis akan mati terinjak oleh mereka yang realistis.

Mungkin hal ini juga dapat ditirukan oleh usaha-usaha yang idealis di Indonesia. Dengan tetap mempertahankan idealismenya, berusaha membantu sesama dengan tetap mengusahakan bisnis tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Koperasi menjadi jalan tengah, bagaimana aksi sosial tetap berjalan beriringan dengan realitas bisnis. Bukan semata-mata hanya untuk meraih profit, namun juga untuk keberlanjutan bisnis agar tidak punah.

Memang hal ini sudah dilaksanakan di koperasi-koperasi non finansial, seperti koperasi sekolah atau koperasi pegawai. Namun gaya manajemennya masih berfokus pada bisnis, bukan pada tujuan awal koperasi terbentuk. Bahwa urusan keuangan, perhitungan profit, dan manajemen bisnis seperti biasanya harus terlaksana, memang sah-sah saja. Tapi hal tersebut hanya sebuah usaha agar tujuan tercapai dengan mempertahankan keberlanjutan koperasi.

Sunday, 29 October 2023

Ekonominya Lesu, Tapi Surveinya Bagus


Pada bulan-bulan ini di tahun 2023, banyak keluh kesah yang muncul terkait sepinya usaha-usaha UMKM yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Khususnya di Pulau jawa, per 30 Oktober 2023 ini banyak keluhan terkait sepinya pembeli barang dagangan yang mereka jual. Berbagai keluhan dari penjual maupun pengamat dagangan (bukan penjual tapi sering jalan-jalan ke pasar) mulai dicuitkan dengan indah di platform X.


Karena adanya fakta tersebut, saya tergelitik untuk mengamati lebih jauh, laporan-laporan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah pembuat kebijakan. Apakah sepinya konsumen ini merupakan hal yang sudah terlacak oleh pemerintah atau malah belum terlacak sama sekali? Hingga tulisan ini dibuat, saya mencoba untuk melihat diagram-diagram yang mencerminkan minat konsumen. Seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Purchasing Manufacture Index (PMI).

Dari pelacakan secara cepat, saya mengambil data dari BI, BPS dan Data Indonesia. Dari ketiga Lembaga tersebut, saya mendapati konsumsi Indonesia dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan lebih jauh, banyak media yang menyikapi dari hasil IKK, Pertumbuhan ekonomi dan PMI dari konsumen Indonesia ini teramat baik, Hingga memberikan kesimpulan bahwa saat ini para pengusaha dalam kondisi ekspansi besar-besaran.

Hal ini berkebalikan dengan banyak cuitan pedagang, bahkan keluarga istri saya sendiri juga merasakan, betapa sepinya usaha bakso yang digeluti. Hingga tiga hari belakangan saya dengar usahanya tidak ada yang mampir seorang pun. Dalam berbagai diskusi saur manuk di platform X mengatakan bahwa sepinya penjualan merupakan efek dari ditutupnya fitur penjualan dari sosial media Tiktok. Sehingga para penjualan yang sudah laku keras dengan menggunakan strategi marketing tertentu, harus beradaptasi lagi dengan strategi lainnya.

Selain ditutupnya fitur jualan di Tiktok, juga saya dengar dari youtube bahwa ini adalah dampak dari maraknya judi online. Ferry Irwandi memiliki asumsi bahwa judi online yang saat ini marak dimainkan semua orang, merupakan penyebab lesunya ekonomi. Karena uangnya diambil begitu saja ke luar negeri, hingga uang tersebut tidak berputar lagi di dalam negeri.

Secara asumsi dan logika kedua hal ini masuk akal dan sangat mungkin terjadi. Namun kenapa lesunya pasar tidak terekam oleh data survei ekonomi dari Lembaga pemerintah maupun non Lembaga pemerintah? Pak Pura mengatakan ini hanya cara pemerintah menutupi resesi ekonomi agar masyarakat tidak panik. Asumsi seperti ini ada benarnya juga, namun masih belum terbukti.

Akan tetapi secara konspirasi ucapan pak Pura juga tidak sepenuhnya salah. Dalam bulan oktober ini ada beberapa hal yang menggambarkan ekonomi lesu, bukan dari data, tapi dari cara beberapa Lembaga mengeluarkan kebijakan. SepertiBank Indonesia yang menaikkan BI Repo menjadi 6%, Menko perekonomian juga mengumumkan akan menanggung PPN 100% atas pembelian properti dibawah 2 Miliar, dan Kemensos menggelontorkan BLT untuk dampak El nino.

Berbagai Tindakan yang diambil pemerintah ini merupakan Langkah yang diambil karena adanya kelesuan ekonomi. Meskipun secara data tidak tercermin adanya pelemahan ekonomi, tapi secara nyata sudah terlihat didepan mata dan pemerintah juga melakukan Langkah penyelamatan. Ini hanya opini saya saja, karena memang hal ini terjadi di depan mata namun tidak terbukti secara survei yang berlandaskan metode ilmiah.

Tapi bisa jadi beberapa hal yang diobrolkan di X adalah anomali dari beberapa survei. Karena survei/sampling hanya mengambil satu sendok kuah soto untuk merasakan satu kuali soto ini sudah pas atau belum. Bisa jadi yang disurvei ini dapat mewakili rasa satu kuali soto, atau bisa jadi satu sendok ini tidak mewakili rasa satu kuali soto karena diaduknya kurang merata.

Friday, 2 July 2021

Berdemokrasi Ekonomi dengan Koperasi


Berdemokrasi Ekonomi dengan Koperasi

=================

Besok tanggal 3 Juli sudah kembali lockdown dengan istilah baru yaitu PPKM Darurat Jawa-Bali. Beberapa orang menyindir dengan kalimat "ini adalah lockdown tapi tidak ditanggung pemerintah, jadi pemerintah tidak menanggung kebutuhan rakyat", beberapa orang lainnya berkeluh kesah dengan menyatakan penolakan secara tegas. Golongan kedua ini mulai meramaikanjagat dunia maya semenjak presiden dan Menteri Luhut mulai menerangkan apa yang dimaksud PPKM Darurat.

Terang saja kemarahan tak terhindarkan, karena PPKM Darurat yang akan berlaku mulai 3 Juli hingga 20 Juli itu mewajibkan beberapa sektor usaha untuk legowo dalam menutup bisnisnya. Kekhawatiran akan usaha yang tutup tersebut melatar belakangi beberapa orang berkeluh kesah sekaligus gusar dengan pihak pemerintah. Mayoritas memang pelaku sektor informal kecil-kecilan. Karena memang jika mereka tidak bekerja tidak ada yang menanggung kebutuhan mereka.

Sepertinya dunia semakin kesini semakin tidak siap dengan cobaan. Tidak bekerja berarti tidak makan adalah analogi tepat untuk menggambarkan kondisi perekonomian masa kini. Semakin lama semakin individual. Saya masih ingat jaman saya masih bersekolah di taman kanak-kanak dulu, ibu tidak pernah memasak saat malam jumat. Kalaupun memasak paling juga cukup untuk makan siang, karena setiap malam jumat di kampung kami ada tahlilan rutin, setiap yang mengikuti tahlil pasti pulang membawa berkat.

Hal ini yang semakin kesini semakin hilang, jadi semangat gotong royong semakin lama semakin pudar. Jika di Jakarta sudah dapat dikatakan sebagai individual, kalau di Kepanjen (Malang) ini bisa dikatakn sudah semi individual pun juga tidak terlalu komunal. Masih mengenal tetangga kanan kiri namun enggan untuk saling bantu secara menyeluruh. Bahkan kalau ada pesta pernikahan saat saya SD itu bisa menggerakkan orang sekampung. Namun jika ditarik ke masa kini pasti enggan, karena orang kampung mayoritas bekerja di sektor formal. Masuk jam 8 pulang jam 5 sore.

Dari sini muncul rasa individualis, yang punya uang akan memegang uangnya selama mungkin, bahkan akan memegang sembari menambah sebanyak mungkin. Berujung ada kekhawatiran dari pekerja sektor informal seperti yang saya sebutkan di atas.

Demokrasi Ekonomi

Jika boleh dibilang, kita ini berdemokrasi hanya sebatas politik saja. Itupun baru melakukan demokrasi saat lima tahun sekali untuk memilih orang yang akan mewakili dan memimpin kita. Sedangkan untuk ekonomi kita luput dari makna demokrasi. Salah satu cara untuk mencapai keadilan adalah dengan cara demokrasi bahkan dari sisi ekonomi.
Seringkali kita menjadi semi-kapitalis yang menginginkan keamanan finansial, untuk mencapai hal itu tentu ada yang kehilangan hal yang tidak kita belanjakan tadi. Seperti contohnya pedagang jajanan yang berkeluh kesah di facebook saat PPKM darurat akan berlaku, mereka kehilangan penghasilan karena orang berduit tidak ingin membelanjakan uangnya. Lantas saat PPKM darurat yang berlaku 17 hari tersebut pedagang tadi makan apa? Tidak ada bantuan apapun dari kaum menengah yang mendapat penghasilan perbulan.
Di sinilah muncul kegaduhan yang disebabkan tidak adanya demokrasi ekonomi, lantas muncullah saling tuduh dengan teori konspirasi disebabkan kekhawatiran besok tidak bisa makan. Ketenangan pun berubah menjadi ketegangan. Sama rasa seperti halnya persaudaraan, putus begitu saja gara-gara cara berpikir yang salah atas harta. Harta sudah menjadi segalanya, persaudaraan pun dapat diberikan label harga jika sang pemilik harta mau.

Koperasi

Pemangkasan jarak antara kaya dan miskin sebetulnya dapat dilakukan dengan prinsip koperasi murni. Terbukti prinsip koperasi ini dapat menyelamatkan penduduk pulau banda atas mahalnya harga kebutuhan pokok. AwalnyaBung Hatta menggagas koperasi ini untuk melakukan perlawanan terhadap pemilik modal yang mempermainkan harga. Sembako dibeli dari petani dengan harga murah dan dijual ke masyarakat dengan harga mahal.
Jika dipikir secara logis praktek seperti ini adalah praktek curang yang dapat meningkatkan beban penduduk di pulau Banda. Jadilah Bung hatta bersama Iwa Kusuma Sumantri dan Sutan Sjahrir menggagas koperasi untuk memangkas biaya itu tadi. Setiap barang yang turun dari kapal langsung dibeli koperasi dan dijual ke masyarakat dengan harga wajar. Hal ini terbukti dapat menstabilkan harga dan mengurangi derita masyarakat.
Inilah yang saya sebut sebagai konsep koperasi murni, tidak seperti koperasi yang kita lihat sekarang. Lebih layak disebut sebagai rentenir yang meminjamkan uang kepada anggota dadakan. Jika kita mengacu pada koperasi murni pasti akan ada “keluarga baru” yang siap untuk urun daya secara ekonomi maupun tenaga. Anggota koperasi juga dapat dikatakan “terselamatkan” secara ekonomi.
Saya rasa konsep seperti ini yang cocok untuk diterapkan saat kebiasaan ekonomi masyarakat sudah semi-individualis. Ada konsep yang disepakati bersama secara demokratis antar anggotanya dan melakukan urun daya. Tidak terbatas pada modal saja, urun daya secara demokratis ini dapat modal dengkul saja, lantas memiliki saham koperasi. Jadi ada keadilan dalam berlaku ekonomi pun juga ada rasa tolong menolong yang dapat menyelamatkan dimasa sulit seperti pandemi ini.

Sunday, 13 June 2021

Simalakama BTS meal


Simalakama BTS meal (sumber: CNBC Indonesia) 

Kemarin hari rabu rame beredar foto produk mcD yang berkolaborasi dengan BTS. Mulai dari foto selfie dengan produk burger sampai video review dadakan oleh mereka yang membeli karena takut ketinggalan. Istilah inggrisnya fear of missing out. Karena takut ketinggalan terjadi ledakan pembeli yang luar biasa. Beredar banyak foto dan video para driver ojek online yang antri di gerai badut tersebut. Bahkan ada video yang mendokumentasikan bentrok sesama driver. Ada keringat ojek jaket hijau di setiap bungkus ungu yang dimakan para ARMY sebutan untuk fans BTS.

Lucunya teman saya yang gak begitu tahu BTS juga membelinya. Lagi-lagi karena FOMO. Takut ketinggalan trend makan McD x BTS. Tradisi FOMO nan kapitalis ini sudah membabi buta rupanya. Padahal juga dalam iklan promosinya McD tidak menyebutkan tenggat penjualan. Saya kira -setelah melihat berbagai tayangan ramainya McD- produk ini sengaja dijual sehari saja, sehingga lumrah untuk fansnya berjuang mati-matian untuk membelinya. Tapi ternyata memang murni takut ketinggalan tren saja. Dari pihak McD juga tidak ada niat untuk membuatnya limited dengan membatasi hari penjualan misalnya.

Di balik huru-hara ini tentunya ada sisi positifnya, yaitu adanya pergerakan roda perekonomian. Fans BTS membeli lewat ojek online. Sudah ada dua organisasi di sini yang mendapat bayaran, ojek online dan McD. Jika di-breakdown lagi ojek online berisi mitra GO-JEK dan McD berisi pegawai resto. Alhasil banyak keluarga yang bisa makan dari adanya inisiatif makanan yang di-branding. Sangat menarik memang inisiatif ini dan sambutan dari para ARMY yang kita ketahui sangat militan dalam mendukung movement dari grup penyanyi itu. 

Namun sehari setelah event ngantri berjamaah itu, muncul berbagai berita tak mengenakkan. Di tengah musim pandemi ini memang menggerakkan roda ekonomi bagai buah simalakama. Pilih ekonomi akan berdampak pada penyebaran virus. Apalagi jika antusiasme warga seperti kemarin. Antrian panjang dan kumpulan masa di setiap outlet McD terlihat jelas mengular dan berdesak-desakan. Pemkot setempat mengambil inisiatif menyegel gerai McD yang terpantau melakukan pengumpulan masa.

Mungkin hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan yang tak berkesudahan. Sebetulnya repot juga posisi pengusaha. Saya yakin mereka berinisiatif gila begini hanya untuk bertahan ditengah badai pandemi. Tidak ada keinginan untuk melawan negara ataupun membunuh sebagian populasi manusia untuk kemudian menguasai dunia dengan kejahatan. Namun jika diterus-teruskan bisa jadi kita akan seperti india, yang kemarin pemulihan ekonominya langsung tinggi dan angka kasus covid aktifnya juga tinggi.

Sebaiknya setiap pihak yang terlibat lebih bijak dalam melakukan sesuatu, mulai dari sesuatu yang besar -sebesar yang dikerjakan McD yang berani mengeluarkan BTS meal- hingga sesuatu yang kecil -sekecil memesan BTS meal dari aplikasi gojek-. Toh McD masih menjualnya sampai sebulan kedepan. Masih banyak waktu untuk menunggu. Tak ada ruginya menunggu situasi terkendali.

Friday, 28 May 2021

Ogah Beli Crypto


(Sumber: commons.wikimedia.org by: Steve Jurvetson)

Sebelumnya kita sudah merasa terkesan dengan serangan coronial kepada pasar saham, memang ujung-ujungnya banyak dari mereka yang malah menjadi trader, yang hanya fokus pada grafik teknikal harga saham, tapi tak mengapa adanya minat kepada saham sudahlah cukup untuk mengangkat harga setinggi-tinggi (meskipun berujung dibanting sedalam-dalamnya). Tren millenial pada pasar saham sempat menuai problematika, karena BEI dianggap abai dalam mengarahkan mindset para investor pemula dalam berinvestasi. Ibarat kata para investor pemula ini terlalu percaya pada iklan binomo, yang hanya lihat grafik tiap hari lalu kaya. 

Setelah adanya serangan investor baru pada saham, kini muncul lagi serangan investor baru pada crypto currency. Yang saya maksut serangan dari awal ini adalah serangan modal yang masuk ya, terpantau dari status mereka yang suka bergelut dengan investasi (walaupun sebetulnya mereka trading) sudah mempublikasikan pergerakan grafik harga cryptocurrency. Sebetulnya tidak ada masalah, toh itu duit mereka dari hasil keringat mereka juga. Tapi saya kok khawatir mereka rugi ya, seperti halnya dahulu pas ramai-ramainya saham. Mereka yang saat ini membikin status terkait crypto dulu waktu saham mereka juga turut andil. Kalau pasar lagi bergairah dengan warna hijau, mereka posting dan membubuhkan quote ucapan rasa syukur. Kalau pasar lagi lesu dengan warna merahnya, mereka bubuhkan qoute penyemangat agar membeli lebih banyak karena murah. Gitu terus ujung-ujungnya rugi karena salah strategi. 

Saya melihat mereka ini masih gamang dalam menentukan apakah mereka investor atau trader. Jadi dari sisi manajemen uang mereka juga kacau. Hanya mengikuti kata orang saja tanpa mengetahui ilmunya, ini mungkin sudah rahasia umum dalam setiap risalah kegagalan para investor. Sebetulnya jika dilihat mereka hanya ketakutan ketinggalan jaman, alias bahasa gaulnya fear of missing out (FOMO). Jadi apa yang dibilang oleh trend, mereka pasti hajar dengan segenap hati, jiwa, dan raga.

Kembali lagi ke sekarang crypto, saya melihat ada gelagat seperti itu juga di pasar crypto.  Ada para spekulan yang siap dengan judinya, jika menang mereka akan mengupdate status dengan bangganya, jika kalah mereka akan melakukan instruksi untuk melakukan pembelian karena murah. Selain sangat merugikan perilaku seperti ini akan membuat ketagihan, karena cara membuat ketagihannya mirip judi. Masih ada keyakinan untuk menang meskipun sudah kalah telah dan tak memiliki ilmu.

Menurut saya juga memasukkan uang ke crypto adalah judi. Karena saya sendiri tidak tahu secara langsung apa yang menyebabkan harga uang ini naik atau turun. Jika adanya hukum permintaan dan persediaan (seperti halnya saham), lantas muncul juga pertanyaan permintaan atas apa? Lha wong saya sendiri tidak mengetahui uang itu bisa dipakai untuk apa. Logika pendek saya biasanya mempertanyakan "apa bisa uang bitcoin atau crypto lainnya digunakan untuk beli beras sekilo?". Jika tidak bisa berarti mata uang ini tidak masuk akal, naik turunnya hanya digerakkan oleh mereka yang hanya ingin jual beli tanpa tahu mata uang tersebut digunakan untuk apa. Jika ada perusahaan yang mempergunakan untuk instrumen pembayaran pun itu juga tidak banyak, dan harga yang merek patok justru mengikuti harga crypto itu tadi. Contohnya tesla yang menggembar-gemborkan dogecoinnya. Merek tidak mematok harga mobil berdasarkan dogecoin, tapi berdasarkan harga dogecoin terhadap dollar. Jika harga dogecoin terhadap dollar murah maka harga mobilnya akan mahal jika dibeli dengan dogecoin, begitu pula sebaliknya.

Cara jual beli seperti ini adalah cara jual beli yang mustahil, harga barang akan cenderung fluktuatif. Pun juga yang tidak masuk akal adalah harganya mengikuti harga uangnya. Seumpama sebuah mobil tesla dengan harga 1 dogecoin, lantas bagaimana harga suku cadang nya? Kembali lagi dengan analogi beras tadi, jika 1 dogecoin cukup untuk membeli 1 ton beras, lantas bagaimana jika membeli 1 kilo beras. Jelas tidak dapat terpenuhi transaksi seperti ini. Secara fiqih crypto tak ubahnya hanya seperti layaknya kambing yang masih dalam kandungan. Kita tidak tahu isinya berapa dan tak dapat ditransaksikan. Maka dari itu saya sendiri enggan untuk memasukkan uang saya ke crypto. Lebih baik memasukkan uang ke saham dengan akad mudhorobah saja, lebih aman dan tidak panik dengan naik turunnya harga. 

Thursday, 26 November 2020

Impianku: Mimpi Menjadi Pemimpin


pertumbuhan vs pemerataan
Sumber gambar: mnews.co.id (atas) dan javafx.news (bawah)


Menjelang musim pemilihan kepala daerah ini, saya jadi ingin berkhayal jika saya menjadi pemimpin. Karena lama-lama capek juga jika terus menerus mengkritik pemimpin. Yang pastinya masih ada kekurangan dan ketidak cocokan di sana-sini, namanya juga pemimpinnya masih manusia. Kekurangan adalah keniscayaan bagi setiap manusia.

Kembali lagi ke khayalan saya, jika saya menjadi pemimpin indonesia pasti akan saya lakukan sebaik dan sebisa mungkin. Mulai dari tahap kampanye pasti sudah saya pikirkan baik-baik. Setiap hal yang saya janjikan pasti akan saya lakukan dengan jangka waktu yang sudah terencana dengan matang. Tentunya organisasi pemerintahan yang saya bawahi tidak akan mampu melaksanakan sekaligus, maka dari itu saya buat timeline pertahun. Dengan masterplan merubah kehidupan masyarakat dengan merubah pola pandang terhadap kemakmuran.

Seperti yang sudah kita ketahui, saat ini kita fokus kepada pembangunan ekonomi. Setiap tahun hasil survei yang dipublikasikan di televisi, sosial media, maupun di baliho pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan metode penghitungan pertumbuhan tersebut hanya menghitung jumlah akumulasi pertambahan kekayaan warga negara. Jika diteruskan hal ini akan menjadikan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Karena tujuan pembangunan negara hanya kepada pertumbuhannya saja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan menjadi cita-cita bangsa yang gagal menjadi fokus pembangunan.

Solusi yang saya usung adalah merubah mindset tersebut menjadi keadilan ekonomi. Membuat inovasi program yang dapat memangkas gap antara si kaya dan si miskin. Tentu warga negara yang miskin akan diuntungkan sedangkan yang kaya akan dirugikan. Tapi prinsip ini dapat memberikan dampak kesetaraan ekonomi. Secara elektabilitas tentu akan turun juga, apalagi pemilik modal juga akan lari. Tapi secara ikatan antar warga negara pasti akan lebih erat. Unsur gotong royong akan lebih mantap sehingga pemikiran ekonomi yang awalnya ingin meraup keuntungan sebanyaknya akan bergeser menjadi meratakan ekonomi selayaknya.

Dari perubahan mindset tersebut akan ada orang kaya yang tidak semena-mena karena memang saling memikirkan warga negara lainnya. Keberagaman pun tetap terjaga, tanpa menggeneralisir pekerjaan ataupun cara mencari penghidupan tiap-tiap orang. Sehingga masyarakat dengan cara menyikapi hidup yang sama sekali berbeda seperti masyarakat adat contohnya tidak akan terganggu haknya.

Seperti yang sudah saya paparkan di atas, sebetulnya akar masalah carut marutnya hanya tentang mindset arah pembangunan. Sehingga menjadi efek beruntun bagi berbagai sektor. Mulai dari penghidupan masyarakat hingga perubahan iklim yang terdampak dari menominalkan tiap batang pohon. Semua dinilai dengan uang karena memang tujuan akhirnya bukan memangkas gap, tapi menaikkan pertumbuhan ekonomi. Kembali lagi kepada cita-cita saya yang menumbuhkan kembali sifat gotong royong tadi, si kaya tentunya akan dengan senang hati mengalah jika sifat gotong royong tadi sudah terjalin erat. Saling tolong menolong antar warga negara sudah menjadi hal lumrah.

Untuk mengubah ini semua tentu butuh peran generasi muda yang cekatan sekaligus visioner dalam mengubah mindset. Ibarat kata dalam sebuah otak, pola pikir menumbuhkan ekonomi ini baru saja bersemayam di dalam generasi muda. Sehingga sangat mudah untuk "mencuci otak" mereka dengan pola pikir baru. Sehingga saat kepemimpinan saya pola pikir tersebut sudah tertanam di dalam calon pemimpin yang tak dapat dipungkiri 20 tahun yang akan datang sudah menjadi rezim baru.

Selanjutnya tinggal menyirami saja dan menumpas gulma yang mengganggu pertumbuhan pola pikir tersebut. Jika sudah begini memang hambatan terbesar adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat dan negara lain akan prihatin. Tapi dalam jangka panjang akan ada hutan yang lestari karena diambil secukupnya, masyarakat adat yang saling subsidi pengetahuan dengan masyarakat perkotaan, dan tidak adanya saling koreksi mengenai cara mencari penghidupan yang di masa kini lumrah terlihat dengan mata kepala kita.

Sekian impian yang akan saya wujudkan jika saya menjadi pemimpin. Mungkin ide hanya menjadi gagasan. Tapi semoga semangat ini dapat tersalurkan. Siapa tau para pembaca merupakan calon pemimpin negeri ini di masa depan.

Thursday, 6 August 2020

Tentang Konsumsi Pemerintah


Data Pertumbuhan Ekonomi (Sumber:BPS)


Awal agustus ini dikejutkan isu resesi di manapun, mulai orang keminter di twitter hingga emak-emak muda yang biasa posting tiktok pun juga ikut menuliskan status terkait kerisauan terhadap resesi ekonomi. Lambat laun akhirnya tanggal 5 kemarin baru saya sadar, BPS telah merilis laporan ekonomi triwulan kedua (april-juni). Hasilnya anjlok tidak karu-karuan. Hasilnya minus di sana-sini. Terlebih yang menjadi sorotan adalah PDB yang sudah merah dengan angka minus 5,32. Pantas semua orang beramai-ramai khawatir terkait kondisi ekonomi kekinian.

Tapi saya merasa ada yang klop dengan data yang diberikan oleh BPS. Terlebih bagi saya yang beberapa bulan terakhir ini bergelut dengan mekanisme pencairan APBN. Ada banyak hal yang cocok dengan hasil data BPS saat triwulan kedua ini. Terlebih terkait konsumsi pemerintah, yang beberapa hari yang lalu dikoreksi mati-matian oleh presiden. Beliau mengeluhkan realisasi yang masih dibawah 50% padahal kondisi ekonomi semakin turun. Tidak ada yang salah dengan ungkapan presiden, karena negara sebagai lembaga yang paling gendut dalam mengolah keuangan. Jika semua uang masih tertahan di dalam maka sudah dipastikan dapat berdampak ke pihak swasta.

Kemarahan presiden ini jika dicocokan dengan kondisi keuangan masing-masing unit kerja di daerah (sebagai penyalur APBN) sangatlah benar. Terlebih jika ditarik garis lurus ke data yang dihasilkan BPS. Pasalnya saat triwulan kedua itu kita biasa mulai gas realisasi. Karena triwulan pertama biasanya digunakan untuk revisi DIPA dan mencocokkan data dengan usulan DIPA yang dimiliki masing-masing unit. Alih-alih penyaluran ini sudah berjalan, malah muncul regulasi baru sebagai dampak dari wabah COVID. Mulai dari kerja dari rumah, sampai pengadaan barang dan jasa harus ditunda dahulu.

Sepertinya tiap unit masih gagap akan pergeseran regulasi ini. Sehingga ada unit penyerap anggaran yang belum dapat merealisasikan kegiatan yang sudah tertulis di rencana kerja anggaran. Seperti contohnya, saat di triwulan kedua tersebut ada aturan yang menurut saya sangat mustahil untuk dilakukan di Papua Barat. Peraturan yang berasal dari kementerian keuangan tersebut memberikan batasan penanganan pengajuan pembayaran. Satu KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) menaungi 300 unit kerja. Namun satu hari hanya dapat melayani 150 permintaan pembayaran. Aturan ini berlangsung mulai 5 Mei 2020 sampai 15 Juni 2020. Entah apa yang melatarbelakangi lahirnya aturan yang sukses menghambat realisasi anggaran ini. Sebagai perumpamaan untuk unit sekelas Universitas Papua saja, setiap harinya rata-rata mengajukan 7 permintaan pembayaran. Tapi menjadi terhambat karena mendapat kuota pengajuan tersebut.

Untungnya peraturan tersebut tidak berlaku lama, sehingga realisasi anggaran hanya tertahan sekitar 40 hari saja. Bahkan ada sebuah unit yang tidak dapat mengajukan permintaan pembayaran sama sekali, karena lagi-lagi sinyal internet yang akhir-akhir ini menjadi ujung tombak keberhasilan realisasi tidak mereka miliki. Harus turun ke kota dahulu barulah dapat mengajukan pembayaran, tapi saat mengajukan pembayaran secara online kuota penanganan KPPN untuk hari itu sudah terpenuhi.

Memang selain kendala teknis sebagai implementasi kerja dari rumah seperti yang saya sampaikan di atas ada juga kendala anggaran yang tidak mungkin terpakai saat pandemi seperti saat ini. Salah satunya anggaran perjalanan dinas yang memiliki porsi cukup besar. Tapi kembali lagi ke hasil pengolahan data BPS, dari kesulitan yang mendera hampir selama separuh triwulan tersebut berhasil mengguncang konsumsi pemerintah. Dapat kita lihat konsumsi pemerintah turun juga sebesar 6,9 persen.

Seperti yang saya sebutkan di atas, negara sebagai lembaga gendut jika konsumsinya menurun pasti akan berdampak ke sektor swasta. Jika anggaran tersebut menumpuk di Rekening Negara dan tidak lekas turun ke masyarakat pasti ada daya beli yang turun. Apakah lantas ini sebagai faktor terbesar penurunan konsumsi secara keseluruhan? Bisa jadi. Tinggal kita simak saja hasil data BPS untuk triwulan ketiga ini. Jika tetap PDB minus dan konsumsi pemerintah sudah tidak minus, berarti analogi yang saya bangun dalam tulisan ini jelas-jelas salah.


Tuesday, 3 December 2019

Genjotan Menuju Produktivitas Negeri



SDM Unggul Indonesia Produktif
Genjotan Menuju Produktivitas Negeri

Dulu jaman saya kecil pernah diajak kakak untuk berkeliling kios menawarkan keripik usus, setiap senin malam saya dan kakak mengedarkan keripik tersebut. Lain dahulu lain sekarang, di era teknologi 4.0 ini saingan usaha kian ketat, berbagai Negara dapat menjadi pesaing dengan sekali klik di gawai saja. Sejalan dengan adanya internet untuk bisnis, kini jualan dapat dikatakan semakin mudah pun juga sah saja jika kita mengatakan semakin sulit.
Awalnya saingan penjual eceran hanya tetangga kecamatan, kini pesaingnya langsung dari tempat antah berantah yang tidak kita ketahui. Tapi tunggu dulu, meskipun pesaingnya lintas negara, kita bisa memenangkan persaingan usaha dengan berbagai ilmu. Ibarat kata kita akan berperang di dunia internet dalam menawarkan barang, bagaimana caranya agar dapat menjangkau setiap orang yang ada di seluruh jagat melalui dunia maya? Ada ilmu bahasa yang harus kita kuasai dahulu, agar komunikasi lancar. Pun juga ada ilmu-ilmu lain yang seharusnya kita kuasai untuk memenangkan pertarungan. Setidaknya berikut adalah beberapa ilmu yang wajib dikuasai selain bahasa.

Search Engine Optimization (SEO)

Mesin pencari ibarat traktor ladang internet, semua orang pasti akan menanyakan berbagai hal di internet. Jika sudah menang di mesin pencari (katakanlah Google) kita sudah dikatakan separuh memenangkan pertarungan. Tinggal bagaimana kita memenangkan setengahnya lagi, dengan cara memberikan kualitas yang bagus dan pelayanan yang baik saja.
Mesin pencari yang saya maksut adalah mesin pencari yang hingga saat ini masih belum tergantikan, ya benar Google. Sekali tayang di halaman pertama Google dengan strategi yang tepat pasti akan membuat produk lebih dikenali. Menjadi terkenal hanya butuh strategi yang ampuh, lain halnya dengan jaman dahulu kita harus beriklan di televisi dahulu baru produk kita dapat dikenali masyarakat luas. Meskipun akhir-akhir ini juga ada penawaran untuk beriklan di Google, tapi tetap jika berangkat tanpa strategi akan sia-sia.
Hal ini terbukti ampuh untuk mendatangkan pesanan yang lebih banyak. Karena mayoritas milenial (sebutan untuk anak kekinian) sebelum membeli barang pasti akan bertanya ke Google dahulu. Mulai dari jenis, kualitas, sampai pada ujungnya dimana membeli barang tersebut. Pasti akan banyak sekali pembeli jika kita menjual pada website yang dibangun dengan bungkus SEO. Websitenya akan semakin terkenal dan produknya pun juga akan laku keras. Sekali lagi meskipun tidak ada jaminan.

Internet Marketing

Sebetulnya internet marketing ini sangatlah luas. Semua hal yang menjadi prospek bisnis untuk berjualan di internet dapat dikatakan internet marketing. Seiring berjalannya waktu cara berjualan di internet semakin berkembang, tidak hanya menawarkan barang saja tapi hingga pada taraf membuat influencer baru lalu mempromosikan barang dagangannya sendiri.
Berbagai macam strategi untuk menggaet pembeli di internet hendaknya sudah dikuasai penjual sebelum meluncur ke pasar daring. Banyak negara yang saat ini sudah membuka diri untuk mendatangkan mentor bisnis dalam hal internet marketing. Hendaknya jika Indonesia mengikuti jejak langkah negara-negara tersebut untuk menjadi maju. Banyak negara sudah meyakini ilmu yang satu ini memang sangat fleksibel, sehingga mereka tidak cukup mendatangkan pakar hanya sekali saja. Setiap ada update informasi mereka undang pakar untuk belajar. Memang terlihat akan menghabiskan uang besar, tapi jika tidak mengikuti perkembangan jaman Indonesia akan ketinggalan jaman.

Expor-Impor

Setelah memberikan pembelajaran dalam hal berjualan hendaknya SDM Indonesia diberikan informasi terhadap hukum ekspor maupun impor. Karena seperti yang sudah saya tuliskan di atas, SDM kita seharusnya diberikan ilmu tentang berjualan di pasar global. Dengan menggunakan internet tak ayal SDM Indonesia akan dapat menjual produknya ke benua lain.
Mungkin tidak hanya dicukupkan dalam ilmu hukum impor yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia saja, tapi hendaknya juga mempelajari cara ekspornya juga. Bukankah negara akan maju jika bisa menjadi penjual, neraca perdagangan akan menjadi surplus bila kita terus-terusan ekspor barang ke luar negeri. Maka dari itu sangat mengherankan bila ilmu untuk step by step dalam berjualan di luar negeri tidak diajarkan.
Mungkin juga pemerintah baru dapat mendorong ekspor dengan cara bekerjasama dengan toko online yang berskala international. Seperti Alibaba, Amazon, dan toko online lain. Menjadi keuntungan besar sepertinya jika kita dapat bekerjasama dengan toko online lain, sembari membangun toko online yang berskala Internasional seperti yang dilakukan Bukalapak. Menurut saya dukungan penuh pemerintah dalam menembus kerjasama internasional ini dapat lebih cepat, dari pada setiap perusahaan swasta membuat kerjasama sendiri-sendiri.

Memang ketiga pengajaran ataupun eksekusi tersebut akan hanya menjadi angan-angan tidak nyata secara online saja. Karena memang dunia saat ini sudah bertransformasi semenjak adanya internet. Semua hal akan dipaksa untuk bersentuhan dengan ilmu online yang dapat saja berubah setiap saat. Mulai dari ilmu SEO sampai Internet marketing pastilah akan bersinggungan langsung dengan hal yang dapat disebutkan dengan daring.
Risiko pemerintah baru jika mengeksekusi ide dan gagasan yang saya sebutkan adalah menyiapkan anggaran yang lumayan besar. Karena setiap waktu ilmu perinternetan berkembang, perkembangan ilmu tersebut berjalan secara lebih cepat, dan otomatis setiap waktu harus ikut perkembangannya dengan berinvestasi ilmu secara rutin. Tidak bisa dengan cara pengajaran sekali saja lantas tidak menghadirkan mentor lagi karena berharap ilmu yang sudah dikuasai saat ini sudah cukup.
Jika boleh mengambil contoh nyata pembekalan SDM yang nyata seperti kebijakan Kadin dalam sosialisasi Paspor Barang ke daerahyang tercetus dalam rapimnas yang tersenggelenggara kemarin di Bali. Dengan sosialisasi seperti yang dilakukan Kadin Indonesia ini rasanya akan memperoleh dampak nyata pada daerah-daerah di  Indonesia. Pasalnya selama ini pembangunan SDM dalam hal perdagangan International hanya berpusat pada Jawa Sentris. Sehingga potensi 40% Populasi ASEAN ada di Indonesia, 36% GDP ASEAN ada di Indonesia, dan 42% Wilayah ASEAN ada di Indonesia ini menjadi kurang maksimal. Karena pembangunan SDM saat ini hanya berpusat di Jawa. Jikalau dari 40% populasi ASEAN yang ada di Indonesia tersebut pemerintah dapat menyiapkan SDM sekitar 30%  saja, negeri ini sudah dapat dikatakan sangat maju.
Karena jika 30% populasi sudah bisa dimaksimalkan untuk menguasai pasar dagang ASEAN, pastilah sekitar 50% perputaran uang di ASEAN akan berfokus di Indonesia. Dengan syarat tidak adanya Jawa sentris dalam share ilmu maupun pasar. Katakanlah setiap daerah di Indonesia sudah menguasai ketiga ilmu yang saya katakan di atas, ditambah adanya kerjasama dari pemerintah dengan toko online yang sudah mendunia pasti akan menjadi kombinasi jitu dalam membangun SDM Indonesia.

Sebagai pesan penutup saya ingin mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki wilayah yang luas dan penduduk yang banyak. Secara kuantitas kita sudah menang banyak, hanya mendobrak kualitas yang dapat dibangun dengan cara daring. Sayang rasanya jika hanya menjadi pembeli saja tanpa memanfaatkan potensi yang kita miliki. Toh dengan online sudah bisa memangkas ongkos transportasi dalam mengembangkan SDM. Hanya butuh silabus pendidikan yang digarap secara serius dan tidak hanya berhenti di teori saja. Karena jika SDM Unggul Indonesia Produktif. 


Info Grafis Indonesia Di Banding Asia Tenggara
Info Grafis Peluang Indonesia Di Mata ASEAN
*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog yang diadakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)

Monday, 7 October 2019

Gandeng Tangan P2P Semi Lembaga Amal


P2p gandeng tangan
Gandeng Tangan 
Hayooo siapa yang udah gajian? Mungkin bagi seorang pegawai seperti saya menyimpan gaji dalam bentuk uang bukanlah pilihan tepat. Mengingat inflasi yang kian tahun kian ganas menggerus nilai uang. Tapi jika diinvestasikan juga bingung mau investasi kemana? Jika salah investasi alih-alih harta kita bertambah nilai, malah rugi gak karu-karuan. Memang paling benar adalah memasukkan uang di deposito perbankan. Namun ada sebagian dari kita yang tidak setuju dengan mekanisme perbankan.
Nah buat kamu yang berada di dalam kondisi seperti yang saya sebutkan di atas, bisa melihat peer to peer (P2P) landing. biasanya P2P ini memakai aplikasi digital, sejenis financial technology (fintech). Sebetulnya P2P ini sistematikanya sangat mirip dengan bank. Yaitu menyalurkan dana dari mereka yang kelebihan uang kepada mereka yang membutuhkan uang. Tentunya dengan mekanisme simpan pinjam, karena jika dengan mekanisme pemberian cuma-cuma maka bukan termasuk lembaga keuangan tapi amil zakat.
Setidaknya P2P ini sudah memangkas biaya perbankan yang biasanya dibebankan kepada peminjam maupun pemberi pinjaman. Ada sebuah pengalaman saat saya mencari platform P2P ini. Awalnya saya menginvestasikan uang untuk membeli saham. Tapi ditengah perjalanan terbesit pikiran saham ini risikonya besar, dan saya merasa tidak kuat dengan risiko tersebut. Jadinya saya mulailah searching tempat investasi yang sekiranya ada kebaikan dan risikonya tidak terlalu besar. Saat masa pencarian tersebut saya merasa mendapat inspirasi dari acara reality show Kick Andy.
Seperti biasanya Andy F. Noya selalu menghadirkan beberapa orang baik dengan program-program yang baik pula. Salah satu orang baik dengan program yang baik tersebut adalah Gandeng Tangan. Namanya memang sangat mirip dengan lembaga amal. Karena memang tujuannya untuk membiayai bisnis mikro. Meskipun begitu lembaga ini adalah fintech dengan fokus pada P2P kepada lembaga mikro.
Dari sanalah saya tertarik untuk mengikuti program yang diselenggarakan oleh Gandeng Tangan. Awalnya saya hanya iseng untuk mendaftar, tapi lama kelamaan sepertinya ini adalah bisnis yang cukup menjanjikan. Selain kita bisa beramal dan membantu mereka yang tidak berdaya, juga sembari berinvestasi. Ya, memang tidak semewah investasi di P2P lain. Tapi pendapatan yang didapat lebih besar daripada bunga deposito.
Sistem P2P Gandeng Tangan ini bisa disebut mirip dengan Kitabisa.com. Jadi kita dapat memilih untuk memberikan modal kepada siapa. Sebagian besar mereka yang mengajukan modal adalah pengusaha toko kelontong. Namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa usaha mikro yang mengajukan pinjaman. Seperti Sopir truk, petani, peternak, dan berbagai usaha lainnya.
Selain penerimanya yang bisa dipilih, jangka waktunya juga dapat dipilah. Mulai dari 1 bulan sampai beberapa minggu. Saya bedakan bulanan sama mingguan karena di Gandeng Tangan ini kita dapat memilih cara cicilannya. Kita bisa menerima cicilan perminggu atau perbulan. Jadi kita sebagai pemilik modal dapat melihat kebutuhan kita sendiri.
Sebetulnya di Gandeng Tangan ini kita sangat disibukkan dalam memberikan pinjaman. Sebagai pemilik modal biasanya malah menyerahkan sepenuhnya investasi ke pihak ketiga. Tapi disitulah menurut saya keberkahan dalam menempatkan modal. Kita tau betul modal dijalankan untuk apa dan uang kita akan kembali berapa bulan. Sehingga kita tidak lepas tangan begitu saja.
Seperti halnya kita memberikan hutang kepada orang lain. Kita memberi hutang berapa, untuk usaha apa, jangka waktu berapa hari, kepada siapa. Jadi Gandeng Tangan bukan hanya melipat gandakan uang kita. Tapi juga menghubungkan kita dengan calon peminjam. Meskipun tidak dapat bercengkrama secara langsung, tapi seluruh informasi sudah tertulis jelas.
Nah dari keribetan ini saya merasa cocok dengan Gandeng Tangan. Maka dari itu saya sangat merekomendasikan anda yang sangat ingin berinvestasi tapi bingung mau kemana. Apalagi sekarang juga ada asuransinya. Untuk fasilitas satu ini saya masih belum mencoba, yang diasuransikan apa. Yang jelas pasti berhubungan dengan modal yang kita investasikan kepada pelaku usaha.
Mungkin segini dulu ya rekomendasi saya terkait investasi. Rekomendasi ini saya buat bukan karena ada lomba tulis atau bayaran. Tapi murni karena pengalaman saya berinvestasi di Gandeng Tangan.

Disclaimer mengenai gandeng tangan.

Friday, 7 September 2018

Nasib Pengais Adsense Dikala Rupiah Melemah



By: Luerat Satichob

Akhir-akhir ini nilai tukar rupiah semakin terpuruk. Berbagai pakar dadakan pun muncul bak bara api di tengah padang pasir. Bukannya memberikan hawa sejuk malah memberikan hawa panas. Ditengah kebutaan informasi tersebut, saling tuduh antar tim sukses calon presiden malah terjadi. Sekali lagi, tidak mencerahkan malah mengeruhkan.
Pelemahan nilai tukar merupakan hal yang sangat menyakitkan memang. Mengutip pernyataan pak Dahlan Iskan yang menyatakan pelemahan nilai ini seperti pencopet yang tak berwujud. Beliau menganalogikan demikian karena telah tercopet beberapa ratus juta. Karena uang yang harusnya dapat dijadikan uang saku malah terdepresiasi gak karuan larinya.
Bila sudah begini yang diuntungkan adalah mereka yang pernah menukar uang (dari rupiah ke dollar) dengan nilai yang lebih murah. Bayangkan saja, bila menukar dollar saat nilainya Rp. 12.000 /dollar terus sekarang naik seharga Rp. 14.900/dollar. Pasti akan “laba” 2.900 per dollarnya.
Tak hanya penyimpan dollar saja yang diuntungkan. Beberapa orang yang kerjanya bersinggungan dengan dollar juga akan menikmati manisnya pelemahan rupiah. Saya ambil contoh blogger seperti saya ini. Dalam sebuah blog pasti akan mencantumkan adsense untuk penghasilannya. Bila penghasilan tersebut harga per kliknya dihitung dengan dollar pasti akan legit juga hasilnya. Memang harga per kliknya tidak naik, bila sudah ditetapkan 1 dollar maka tetap 1 dollar. Tapi bila nilai tukar rupiah lemah seperti saat ini pasti nilai tukarnya dalam dollar tersebut akan tinggi. Hal ini berujung pada nilai per kliknya tinggi juga (bila sudah dikonversi ke rupiah).
Memang ilmu seperti ini dapat dikatakan berpesta di atas tangisan traveler yang akan jalan-jalan ke luar negeri. Tapi apa boleh buat, biarkan traveler mengurungkan tertawanya, dan kita para blogger, youtuber, dan semua pekerja di depan layar menikmati pelemahan nilai tukar yang melemah, lesu, dan lunglai ini.