Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Saturday 17 June 2023

Panen Raya: Keroncong Mengkritik Isu Agraria


Ade javanese, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons


Kritik melalui karya merupakan hal kuno yang sudah kita kenal dari para seniman terdahulu. Entah itu seni musik, peran, tari ataupun lawakan. Sepertinya hal ini yang ingin dilakukan Paksi Band sebagai band keroncong. Mereka mengeluarkan album berbumbu kritik konflik agraria dari kacamata petani. 

Album ini diberi judul Panen Raya. Kritik diluncurkan dengan begitu lamis menggunakan bahasa jawa. Sepertinya band ini sedang tampil beda, hari ini setiap musik berbahasa jawa mayoritas menceritakan tentang hati. Semenjak booming kembali nama artis kawakan Didi Kempot. Tapi band keroncong ini hampir se album menceritakan tentang konflik yang dihadapi para petani. 

Seperti pada lirik Panen Raya, ada sentilan kecil namun menohok. Sawahnya luas, padinya gemuk, petaninya tua-tua. Realita tak cukup berhenti disana, diiringi dengan cak dan cuk lagu diteruskan dengan realita setiap panen ditipu tengkulak. Dan berujung dengan konflik besar yang disponsori pemangku kebijakan yaitu datangnya beras dari mancanegara. Tiga konflik tersebut rasanya masih belum rampung digarap menteri pertanian.

Lantas ada pula lagu yang mellow berjudul Mulih yang berarti pulang. Lain halnya dengan lagu gacoan (Panen Raya) yang dibawakan dengan suka cita, lagu ini digarap dengan sedih. Liriknya pun tak kalah sedih, seorang anak yang pulang dan mendapati ayahnya menahan tangis. Alasan kesedihan sang bapak pun tak jauh dari realita agraria, yaitu sawahnya dijual untuk membayar sekolah sang anak. Kesedihan sang bapak dijelaskan dengan kalimat tidak ada yang diwariskan. Ini terkesan membelok dari prediksi saya pribadi. Karena saya kira sang bapak sedih karena mata pencahariannya musnah ketika tanahnya dijual.

Rupanya musik keroncong perlawanan seperti ini masih layak dan enak untuk diperdengarkan ke khalayak umum. Mungkin Paksi Band hanya mengembalikan khittah perjuangan musik keroncong pada tahun silam. Memusuhi kolonial dengan bermusik yang bernada semangat untuk pejuang, namun kali ini musik tersebut diperuntukkan kepada kaum tani yang tertindas namun berasnya masih kita nikmati.

Kembali ke deret musik dalam album Panen Raya yang semalam saya dengarkan. Yaitu Nurhayati. Sekelumit cerita orang yang pergi malam dan pulang saat subuh, dalam lirik lagu tersebut tidak diceritakan perempuan tersebut berlaku apa. Hanya diceritakan betapa dramatisnya saat pergi dan pulangnya wanita tersebut. Tapi saya berprasangka bahwa Nurhayati ini adalah seorang kupu-kupu malam. Karena dalam sebuah lirik dia berdoa kepada sang maha kuasa agar bisa berhenti dari yang ia kerjakan semalam suntuk. Ya selain kupu-kupu malam memang ada pekerjaan menjaga lilin babi ngepet sih untuk doa tersebut. Tapi saya berkeyakinan teguh dalam hal ini. 

Dengan berkeyakinan teguh dalam prasangka tersebut, saya disediakan lagu bertajuk Lagune Wong Meri (atau lagunya orang iri). Berisi bahan olokan untuk kita yang iri dengki terhadap kesuksesan orang lain. Saat saya mendengar lagu ini terbayang jelas rupa Bu Tejo dalam film tilik yang asyik membicarakan kesuksesan tetangganya. Dalam bayangan saya tetangganya itu adalah Marwoto dengan baju necis dan kacamata hitam. Ya memang rupa seperti Marwoto tidak pantas menjadi orang kaya, tapi dalam bayangan saya ada dua orang itu. Masak saya harus merevisinya.

Selain empat lagu tersebut juga ada lagi lain yang sepertinya akan terlampau panjang jika saya ceritakan di artikel ini. Setidaknya saya menunggu rilisan fisik album ini dijual secara umum dan saya sudah siap untuk membelinya. Sembari menunggu saya dapat menjadikan lagu-lagu ini sebagai backsound kebijakan pemerintah yang mengimpor beras dari Vietnam. 


0 comments:

Post a Comment