Ekonominya Lesu, Tapi Surveinya Bagus
Pada bulan-bulan ini di tahun 2023, banyak keluh kesah yang muncul terkait sepinya usaha-usaha UMKM yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Khususnya di Pulau jawa, per 30 Oktober 2023 ini banyak keluhan terkait sepinya pembeli barang dagangan yang mereka jual. Berbagai keluhan dari penjual maupun pengamat dagangan (bukan penjual tapi sering jalan-jalan ke pasar) mulai dicuitkan dengan indah di platform X.
Perekonomian melemah ditandai dengan omset UMKM yang anjlok, dan tempat2 makan sepi. Apakah ini sudah bisa disebut resesi? Bisa jadi sih iya, tapi resesi tidak resmi, karena pemerintah tidak mengakuinya, supaya tidak perlu mengambil tindakan apa2 untuk menghadapi resesi.
— Mas Pur Bobotoh Jebred (@rasjawa) October 26, 2023
Karena adanya fakta tersebut, saya tergelitik untuk
mengamati lebih jauh, laporan-laporan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah pembuat
kebijakan. Apakah sepinya konsumen ini merupakan hal yang sudah terlacak oleh
pemerintah atau malah belum terlacak sama sekali? Hingga tulisan ini dibuat,
saya mencoba untuk melihat diagram-diagram yang mencerminkan minat konsumen. Seperti
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Purchasing Manufacture Index (PMI).
Dari pelacakan secara cepat, saya mengambil data dari BI,
BPS dan Data Indonesia. Dari ketiga Lembaga tersebut, saya mendapati konsumsi
Indonesia dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan lebih jauh, banyak media yang
menyikapi dari hasil IKK, Pertumbuhan ekonomi dan PMI dari konsumen Indonesia ini
teramat baik, Hingga memberikan kesimpulan bahwa saat ini para pengusaha dalam
kondisi ekspansi besar-besaran.
Hal ini berkebalikan dengan banyak cuitan pedagang, bahkan
keluarga istri saya sendiri juga merasakan, betapa sepinya usaha bakso yang digeluti.
Hingga tiga hari belakangan saya dengar usahanya tidak ada yang mampir seorang
pun. Dalam berbagai diskusi saur manuk di platform X mengatakan bahwa
sepinya penjualan merupakan efek dari ditutupnya fitur penjualan dari sosial
media Tiktok. Sehingga para penjualan yang sudah laku keras dengan menggunakan
strategi marketing tertentu, harus beradaptasi lagi dengan strategi lainnya.
Selain ditutupnya fitur jualan di Tiktok, juga saya dengar dari
youtube bahwa ini adalah dampak dari maraknya judi online. Ferry Irwandi memiliki
asumsi bahwa judi online yang saat ini marak dimainkan semua orang, merupakan
penyebab lesunya ekonomi. Karena uangnya diambil begitu saja ke luar negeri,
hingga uang tersebut tidak berputar lagi di dalam negeri.
Secara asumsi dan logika kedua hal ini masuk akal dan sangat
mungkin terjadi. Namun kenapa lesunya pasar tidak terekam oleh data survei
ekonomi dari Lembaga pemerintah maupun non Lembaga pemerintah? Pak Pura
mengatakan ini hanya cara pemerintah menutupi resesi ekonomi agar masyarakat tidak
panik. Asumsi seperti ini ada benarnya juga, namun masih belum terbukti.
Akan tetapi secara konspirasi ucapan pak Pura juga tidak sepenuhnya
salah. Dalam bulan oktober ini ada beberapa hal yang menggambarkan ekonomi
lesu, bukan dari data, tapi dari cara beberapa Lembaga mengeluarkan kebijakan. SepertiBank Indonesia yang menaikkan BI Repo menjadi 6%, Menko perekonomian juga
mengumumkan akan menanggung PPN 100% atas pembelian properti dibawah 2 Miliar,
dan Kemensos menggelontorkan BLT untuk dampak El nino.
Berbagai Tindakan yang diambil pemerintah ini merupakan Langkah
yang diambil karena adanya kelesuan ekonomi. Meskipun secara data tidak
tercermin adanya pelemahan ekonomi, tapi secara nyata sudah terlihat didepan
mata dan pemerintah juga melakukan Langkah penyelamatan. Ini hanya opini saya
saja, karena memang hal ini terjadi di depan mata namun tidak terbukti secara survei
yang berlandaskan metode ilmiah.
Tapi bisa jadi beberapa hal yang diobrolkan di X adalah anomali
dari beberapa survei. Karena survei/sampling hanya mengambil satu sendok
kuah soto untuk merasakan satu kuali soto ini sudah pas atau belum. Bisa jadi
yang disurvei ini dapat mewakili rasa satu kuali soto, atau bisa jadi satu
sendok ini tidak mewakili rasa satu kuali soto karena diaduknya kurang merata.
0 comments:
Post a Comment