Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Tuesday, 8 April 2025

Koperasi dalam Konferensi


Andy Stauder dalam presentasi mengenai Transkribus di Konferensi Wikisource


Sudah lama saya mendengar bahwa koperasi di Eropa tumbuh subur. Fokus koperasi di sana juga cukup general, tidak melulu tentang koperasi sebagai dukungan finansial, namun juga meluas hingga menjadi organisasi setara perusahaan namun dijalankan dengan prinsip demokrasi.

Awal saya bersinggungan dengan koperasi dan mengenal kedalaman koperasi adalah melalui Gapatma, dengan mengusung demokrasi ekonomi (demeko), 334455 menyebarkan pemahaman koperasi tidak hanya tentang dukungan finansial sebagai koperasi simpan pinjam, namun juga melalui prinsip sebuah usaha ekonomi juga dapat dibuat demokrasi melalui koperasi. Karena prinsip koperasi yang diusung oleh bung Hatta adalah sama rasa sama rata. Sehingga tidak ada pemilik modal dan pekerja, semuanya menanggung konsekuensi dari sebuah bisnis yang diusahakan bersama. Seperti yang sudah saya ulas dalam tulisan beberapa tahun lalu.

Saat itu saya hanya mengetahui kabar melalui lisan dan sosial media saja, bahwa konsep koperasi sudah timbuh subur di tanah Eropa, hingga klub bola Barcelona juga katanya dikelola oleh koperasi. Karena memang hanya melihat dan mendengar melalui tulisan, saya masih belum 100 persen percaya. Bisa saja konsep koperasi tersebut hanya dibingkai dari luar, mirip seperti koperasi simpan pinjam di sekitaran rumah saya, yang dari penampilan koperasi namun dalamannya lintah darat. Yang tidak pernah mengajak anggotanya rapat dalam hal pengelolaan bisnis.

Hal tersebut, ternyata terbantahkan saat saya mengikuti konferensi di Bali kemarin. Salah satu presenternya adalah Andy Stauder. Seorang direktur dari Read co-op yang merupakan developer dari transkribus. Saat itu Andy mempresentasikan transkribus sebagai produk OCR tulisan tangan. Gampangannya jika kita memiliki tulisan tangan berupa PDF, transribus ini dapat membantu menjadikan tulisan ketikan. Transkribus kini bisa digunakan di wikisource bahasa indonesia hingga jawa. Untuk presentasi Andy mengenai hal ini jika pembaca tertarik dapat melihat di sini.

Terlepas dari presentasinya, saya terperangah dengan model bisnis dari Read Co-op ini. Dengan model manajemen koperasi berhasil membuat suatu usaha teknologi dengan anggota lintas negara dan juga berhasil bekerjasama dengan ratusan perusahaan. Hal ini dilandasi dengan motto "tujuan sebelum keuntungan". Agak gila juga rasanya motto tersebut, dengan mengesampingkan keuntungan namun fokus kepada tujuan, dan masih bisa jalan sejak 2019. Hal ini mematahkan asumsi bahwa yang terlalu idealis akan mati terinjak oleh mereka yang realistis.

Mungkin hal ini juga dapat ditirukan oleh usaha-usaha yang idealis di Indonesia. Dengan tetap mempertahankan idealismenya, berusaha membantu sesama dengan tetap mengusahakan bisnis tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Koperasi menjadi jalan tengah, bagaimana aksi sosial tetap berjalan beriringan dengan realitas bisnis. Bukan semata-mata hanya untuk meraih profit, namun juga untuk keberlanjutan bisnis agar tidak punah.

Memang hal ini sudah dilaksanakan di koperasi-koperasi non finansial, seperti koperasi sekolah atau koperasi pegawai. Namun gaya manajemennya masih berfokus pada bisnis, bukan pada tujuan awal koperasi terbentuk. Bahwa urusan keuangan, perhitungan profit, dan manajemen bisnis seperti biasanya harus terlaksana, memang sah-sah saja. Tapi hal tersebut hanya sebuah usaha agar tujuan tercapai dengan mempertahankan keberlanjutan koperasi.

Wednesday, 26 March 2025

Ini yang Saya Dapatkan Setelah Ikut Konferensi Wikisource 2025


Sesi Foto setelah Meetup LGBT+ saat Konferensi Wikisource (NoƩ, CC0, via Wikimedia Commons)

Beberapa hari kemarin saya mendapat kesempatan mengikuti konferensi wiki-wikian lagi, tapi konferensi ini berbeda dengan konferensi wiki yang sebelumnya. Bedanya adalah para pesertanya dan topik pembahasannya. Pada konferensi wikinusantara yang terlaksana di Bogor, pesertanya hanya kontributor Indonesia saja, namun konferensi yang satu ini pesertanya tidak hanya dari Indonesia. Topik pembahasannya juga saat dalam konferensi wikinusantara semua proyek yang dimiliki Wikimedia, namun saat konferensi yang akan saya ceritakan ini, topik pembahasannya hanya berkutat dengan wikisource saja.

Untuk memberikan konteks, wikisource adalah proyek wikimedia yang berfokus pada literasi. Proyek wikisource seakan ingin menciptakan perpustakaan bebas yang dapat diakses oleh siapapun. Kerja kontributor dalam proyek ini juga beragam, ada yang menyumbangkan kemampuan untuk melakukan uji-baca seperti menyematkan kode-kode yang sempat saya buat catatan, atau melakukan penambahan koleksi dengan mengakumulasi kerja-kerja kontributor tadi menjadi satu halaman utuh.

Nah dalam konferensi kemarin berbagai peserta melakukan presentasi terkait usaha-usahanya dalam berkontribusi di wikisource. Kontribusi atau usaha-usaha yang dilakukan tidak terbatas pada yang saya sebutkan di atas, namun selama bersinggungan dengan wikisource diperbolehkan untuk berbagi kisah, cerita dan kendala. Apa saja yang dilakukan dalam komunitas atau negara mereka presentasikan dengan harapan hal ini dapat diketahui orang lain dan dapat menjadi pelajaran.

Konferensi yang berawal dari rapat bulanan grup pengguna wikisource seluruh dunia ini sebetulnya dilaksanakan untuk memfasilitasi para kontributor yang telah lama tidak berbagi pengetahuan. Terakhir muncul ide untuk mengadakan wikisource di Warsawa, Polandia pada 2020. Namun ide tersebut gagal, dikarenakan pada saat akan dilaksanakan ada pandemi Covid-19 dan semua negara melarang untuk bepergian. Sebelumnya konferensi pertama terlaksana di Wina, Austria pada 2015. Jadi terhitung sudah 10 tahun para kontributor tidak berbagi pengalaman secara tatap muka.

Pada tahun ini konferensi yang diadakan di Bali pada 14-16 Februari 2025, cukup seru memang meskipun saya tidak dapat menangkap materi yang dipresentasikan secara keseluruhan. Karena kemampuan berbahasa inggris saya yang kurang fasih. Tapi kurang lebih saya dapat memetik beberapa pelajaran yang dipresentasikan di tiga hari tersebut. Seperti proses pengarsipan manuskrip nepal yang dilakukan oleh archivenepal salah satunya. Monish Singh menunjukkan perjuangan mereka dalam mendokumentasikan arsip-arsip kuno. Topografi nepal yang dilalui pegunungan tinggi ini menjadi tantangan tersendiri, dimana arsip-arsipnya membeku dan wajib untuk dijemur dahulu agar dapat dibuka dan didokumentasikan.

Kisah-kisah unik terkait pengalaman kontributor lain yang rasanya dapat menjadi bahan bakar dalam berkontribusi lebih mendalam di wikisource. Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dalam proyek satu ini. Meskipun tidak mendapat upah apapun dalam berkontribusi, tapi bahan bakar ini dapat memberi pemahaman baru bagi saya yang masih belum mengetahui guna wikisource dalam keseharian. Apalagi saat konferensi ini juga saya bertemu secara langsung dengan Om Ben, seorang sesepuh yang malang melintang dalam hal perwikian. Sesi diskusi unconference pun menjadi sangat menarik saat saya bertemu kontributor lain semumpuni Om Ben.

Hal menarik lagi adalah saat saya mengikuti sesi Meetup LGBT+. Saya menangkap ada sudut pandang ketidak adilan dari para hadirin yang turut berbicara dalam kopdar tersebut. Ada Eduardo yang mengeluhkan pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintahnya dalam mengekspresikan LGBT+ di Republik Dominika, selain itu ada mbak-mbak feminis yang mengamini pernyataan Eduardo dan berbagi hal tersebut juga terjadi di Perancis.

Setidaknya meskipun banyak hal yang saya bingungkan saat konferensi, tapi saya dapat mengambil kesimpulan bahwa wikisource merupakan platform yang cukup berguna bagi pelestarian arsip dan alat untuk berbagi literasi yang cukup berguna. Namun sejauh ini saya masih belum siap berdiskusi mengenai masalah teknis wikisource yang dihadapi di negara lain. Untungnya ada teman-teman Indonesia yang siap menjadi interpreter saat saya ingin menggali lebih dalam mengenai presentasi-presentasi para presenter di konferensi ini.

Saturday, 4 January 2025

Ijin Belajar Namun Belajar Online


Logo Universitas Terbuka.MP4


Sejak Oktober kemarin saya sudah mengajukan tugas belajar dan tidak bekerja seperti biasanya. Tugas belajar adalah mekanisme studi pegawai negeri yang diijinkan meninggalkan tempat kerja, alias tidak bekerja. Hal ini saya ambil karena tidak ada opsi lain untuk mendapatkan pengakuan kemampuan otak saya saat ini. Sebetulnya ada mekanisme lain, dengan belajar sembari bekerja yang biasa disebut ijin belajar. Namun kementerian tempat saya bekerja saat ini sudah menerapkan aturan baru, yang intinya selamat belajar tunjangan yang diterima terpotong 40%. Meskipun saya studi sambal bekerja, tetap terpotong 40%. Sehingga rasanya lebih baik tidak bekerja dan pulang ke Malang, itung-itung dapat memotong ongkos kontrakan.

Karena sebelumnya juga sudah sempat mengajukan ijin belajar, namun regulasi di tempat kerja terasa memberatkan. Selain cara kuliahnya yang juga disamakan dengan mahasiswa biasa. Mengurus administrasi ijin belajar juga tidak semudah perkiraan saya, sehingga lebih baik saya studi di Universitas Terbuka, sembari menikmati hidup dan belajar sebisanya. Pengalaman baru bagi saya untuk dapat belajar di Universitas Terbuka. Akademiknya terbilang dibuat sesederhana mungkin, agar yang niat belajar tetap dapat mengikuti modul yang diberikan.
Pertengahan tahun 2024 sepertinya saya mulai mencari cara bagaimana untuk dapat kuliah di Universitas Terbuka. Ternyata cukup mudah, hanya mendaftar secara daring dan melampirkan ijazah dan daftar nilai saat berkuliah D3. Karena saya alih jenjang, jadi persyaratan ini dibutuhkan. Setelah melampirkan ijazah dan daftar nilai, ada beberapa mata kuliah yang diakui. Meskipun tidak banyak, namun saya tidak mempermasalahkannya.
Setelah itu saya diarahkan untuk memilih mata kuliah yang akan diambil dalam semester tersebut. Di sinilah tagihan SPP akan keluar. Dengan menghitung jumlah SKS dan ongkos kirim modul fisik yang dikirimkan, maka muncullah jumlah tagihan yang harus dibayar. Meskipun buku tersebut dikirim ke Manokwari, angka yang dibayar cukup murah. Sekitar dua juta rupiah. Namun jika dikirim ke pulau jawa, bisa mendapat harga lebih murah lagi sampai satu jutaan. Maka dari itu mungkin bisa menggunakan trik dikirim ke jawa saja dulu bukunya, nanti dikirim dengan jastip ke luar pulau jawa. Agar mendapat diskon ongkos kirim yang lumayan.
Setelah menunggu beberapa bulan, maka mulailah masa kuliah. Kemarin masa kuliah dimulai bulan Oktober hingga Desember. Saya memilih kuliah dengan jenis tutorial online, dalam tiga bulan ada 8 pertemuan seminggu sekali. Jadi seperti modul belajar online yang diberikan waktu dalam menyelesaikan modul beserta tugasnya. Dalam sekali pertemuan kita diberikan materi diskusi dan sesekali diberikan tugas. Selain itu juga kita diberikan semacam kuis dengan 5-10 pertanyaan.
Belakangan saya mengetahui bahwa selain tutorial online juga ada cara belajar lain, tidak diwajibkan membuka materi secara online namun diberikan tugas dan wajib mengumpulkan dalam waktu yang sudah ditentukan. Bedanya hanya tidak ada materi pengantar dan tidak ada diskusi yang dapat kita baca. Hanya mendapat pertanyaan untuk tugas dan mahasiswa dapat mencari jawabannya di buku modul yang sudah dikirim sebelumnya.
Yang paling berkesan adalah cara ujiannya. Ujian dibagi menjadi 3 cara, pertama ujian tatap muka dengan mengisi pilihan ganda di lembar jawaban dengan pensil 2B, kedua ujian online dengan mengisi pilihan ganda di computer, ketiga dengan mengunduh tugas dan wajib dikumpulkan 6 jam setelah jam mengunduh tugas tersebut. Ini yang membuat saya terkesan dengan manajemen Universitas Terbuka. Seakan memberikan kebebasan untuk belajar, namun tetap dengan tahap pengujian. Dan Ujian ini dilakukan di seluruh Indonesia. Keteraturan ini yang membuat saya takjub, apalagi dengan adanya mekanisme pindah tempat ujian yang seakan memberikan keleluasaan.
Mungkin Universitas Terbuka ini memang mendesain kurikulum yang sangat fleksibel, dengan ujian yang tertata sedemikian rupa. Namun meski fleksibel saya juga cukup kalang kabut dalam mengikuti tutorial online. Ada buku tebal yang harus rampung saya sesap, dan ada tumpukan tugas yang harus selesai tepat waktu.

Tuesday, 18 June 2024

Wikinusantara: Ajang Kumpul Kontributor Wikimedia Se-Indonesia


Foto Anggota Komunitas Wikimanokwari


Kemarin saya berkesempatan menghadiri konferensi Wikimedia Indonesia, bertajuk wikinusantara. Karena ini kali pertama saya menghadiri konferensi, mungkin ini pengalaman baru bagi saya. Bertemu orang-orang ikhlas yang mengabdikan dirinya untuk Wikimedia. Kebanyakan yang datang kontributor-kontributor muda. Anak kuliahan, tapi tak jarang pula ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang usianya lebih tua dari saya. Kurang lebih yang mendatangi konferensi ini ada 50 orang, termasuk panitia yang merangkap menjadi peserta.

Katanya wikinusantara kali ini beda dengan wikinusantara sebelumnya. Karena wikinusantara kali ini durasi harinya lebih Panjang, di hari pertama dan kedua ada photowalk. Sejenis jalan-jalan ke sekitar bogor dan dipandu dengan guide lokal. Saya membayangkan betapa suntuknya jika kita diundang ke sebuah acara, hanya acara di dalam ruangan selama beberapa hari. Mungkin jika seperti saya, yang menjadi pengalaman pertama, tidak terlalu suntuk. Karena masih excited dengan pengalaman pertama. Namun jika sudah mengahadiri acara ini beberapa kali, mungkin akan berbeda lagi ceritanya.

Kami menghadiri konferensi ini dari Manokwari ada empat orang, termasuk saya dan istri. Ringkasan acara dari konferensi ini adalah pertemuan untuk mendengarkan pengalaman-pengalaman dari kontributor lain dalam berkontribusi. Banyak hal yang kami bicarakan di sana, kebanyakan karena kita biasa bertemu secara daring, jadi kami berbagi berbagai cerita dalam berbagai proyek yang kami jalan kan.

Mulai dari bagaimana kami menjalankan komunitas, bagaimana membangun komunitas di kampus, bagaimana mendapat pendanaan dalam menjalankan program, bagaimana sudut pandang masing-masing kontributor terhadap Wikimedia Indonesia (sebagai Yayasan yang menaungi proyek-proyek yang ada di Indonesia), hingga kami berbagi tentang proyek-proyek yang sedang dan sudah kami lakukan.

Dari sekian materi presentasi, saya sendiri sangat tertarik mengenai presentasi-presentasi yang bermuara pada sumber dana. Selama ini yang kami ketahui hanya ada satu sumber pendanaan untuk berbagai proyek Wikimedia. Namun kemarin Faishal dari Banjarmasin menjelaskan ada sumber pendanaan yang fokus pada proyek-proyek berbasis bahasa. Entah itu pada pelestarian bahasa atau menjadikan proyek Wikimedia sebagai alat untuk melestarikan bahasa. Nama sumber pendanaan itu adalah WikiTongues, ada banyak kontributor Indonesia yang mendapat pendanaan dari sini. Mungkin hal ini dapat menjadi bekal untuk komunitas saya di Manokwari yang merencanakan memiliki kamus bahasa Biak.

Namun dari kehadiran saya kemarin menemui hal yang sangat mengenaskan, tidak semua kontributor hanya ingin bermanfaat untuk sesame, tapi juga memiliki misi-misi ekonomi (memperkaya diri sendiri). Mungkin untuk saya yang sama sekali tidak memikirkan bahkan tidak memiliki niat untuk kaya dari Wikimedia, sangat mengenaskan menemui fakta ini. Karena jika mereka hanya memikirkan uang, maka potensi-potensi kerjasama yang tidak seksi secara ekonomi akan tertutup.

Hal ini tentu lumrah dan manusiawi, tidak ada manusia yang tidak melihat segala hal dari materi. Karena memang uang yang mengucur dari Wikimedia foundation terlihat banyak dan sangat mudah untuk mengeluarkannya. Namun apakah pantas untuk diperlakukan seperti itu? Tentu jawabannya dikembalikaan ke masing-masing pelaku. Dan saya sebagai salah satu pelaku yang mewakili sudut pandang saya sendiri tidak dapat memaksakan pemahaman ini kepada siapapun.

Semoga saja para pelaku akan selalu ikhlas dan tidak mengincar apapun dalam sebuah keikhlasan tersebut.

Wednesday, 7 February 2024

Kumpulan Episode "Gampil", Cara Baru Kolaborasi Musisi di Youtube


 Baru malam ini saya mengetahui adanya episode Gampil di Youtube. Cara kolaborasinya terbilang unik dan baru, beberapa musisi membawakan satu lagu dengan gaya masing-masing. Namun dengan video musik yang beruntun. Jadi kita yang terbiasa mendengar istilah musik latar atau soundtrack, kali ini harus mengubah dengan istilah videotrack. Yang biasanya musik hanya sebagai latar video, namun dalam episode video musik ini kita dikenalkan video menjadi latar musik. DIBALIK!

Seperti lagu dangdut kekinian lainnya, sebenarnya Gampil ini membawa kisah sedih. Barisan patah hati terwakili dalam lagu ini. Kisah pemeran utama yang mendampingi saat masa sedih namun disia-siakan begitu saja dengan kekasih hatinya. Videonya dapat membantu kita mengimajinasikan siapakah pemeran utamanya.dari episode 1-6 pemeran utamanya gonta-ganti. Untuk memudahkan kamu melihat, saya sematkan episode 1-6 di bawah ini. SELAMAT MENIKMATI!


Episode 1



Episode 2


Episode 3


Episode 4


Episode 5


Episode 6



Sunday, 29 October 2023

Ekonominya Lesu, Tapi Surveinya Bagus


Pada bulan-bulan ini di tahun 2023, banyak keluh kesah yang muncul terkait sepinya usaha-usaha UMKM yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Khususnya di Pulau jawa, per 30 Oktober 2023 ini banyak keluhan terkait sepinya pembeli barang dagangan yang mereka jual. Berbagai keluhan dari penjual maupun pengamat dagangan (bukan penjual tapi sering jalan-jalan ke pasar) mulai dicuitkan dengan indah di platform X.


Karena adanya fakta tersebut, saya tergelitik untuk mengamati lebih jauh, laporan-laporan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah pembuat kebijakan. Apakah sepinya konsumen ini merupakan hal yang sudah terlacak oleh pemerintah atau malah belum terlacak sama sekali? Hingga tulisan ini dibuat, saya mencoba untuk melihat diagram-diagram yang mencerminkan minat konsumen. Seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Purchasing Manufacture Index (PMI).

Dari pelacakan secara cepat, saya mengambil data dari BI, BPS dan Data Indonesia. Dari ketiga Lembaga tersebut, saya mendapati konsumsi Indonesia dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan lebih jauh, banyak media yang menyikapi dari hasil IKK, Pertumbuhan ekonomi dan PMI dari konsumen Indonesia ini teramat baik, Hingga memberikan kesimpulan bahwa saat ini para pengusaha dalam kondisi ekspansi besar-besaran.

Hal ini berkebalikan dengan banyak cuitan pedagang, bahkan keluarga istri saya sendiri juga merasakan, betapa sepinya usaha bakso yang digeluti. Hingga tiga hari belakangan saya dengar usahanya tidak ada yang mampir seorang pun. Dalam berbagai diskusi saur manuk di platform X mengatakan bahwa sepinya penjualan merupakan efek dari ditutupnya fitur penjualan dari sosial media Tiktok. Sehingga para penjualan yang sudah laku keras dengan menggunakan strategi marketing tertentu, harus beradaptasi lagi dengan strategi lainnya.

Selain ditutupnya fitur jualan di Tiktok, juga saya dengar dari youtube bahwa ini adalah dampak dari maraknya judi online. Ferry Irwandi memiliki asumsi bahwa judi online yang saat ini marak dimainkan semua orang, merupakan penyebab lesunya ekonomi. Karena uangnya diambil begitu saja ke luar negeri, hingga uang tersebut tidak berputar lagi di dalam negeri.

Secara asumsi dan logika kedua hal ini masuk akal dan sangat mungkin terjadi. Namun kenapa lesunya pasar tidak terekam oleh data survei ekonomi dari Lembaga pemerintah maupun non Lembaga pemerintah? Pak Pura mengatakan ini hanya cara pemerintah menutupi resesi ekonomi agar masyarakat tidak panik. Asumsi seperti ini ada benarnya juga, namun masih belum terbukti.

Akan tetapi secara konspirasi ucapan pak Pura juga tidak sepenuhnya salah. Dalam bulan oktober ini ada beberapa hal yang menggambarkan ekonomi lesu, bukan dari data, tapi dari cara beberapa Lembaga mengeluarkan kebijakan. SepertiBank Indonesia yang menaikkan BI Repo menjadi 6%, Menko perekonomian juga mengumumkan akan menanggung PPN 100% atas pembelian properti dibawah 2 Miliar, dan Kemensos menggelontorkan BLT untuk dampak El nino.

Berbagai Tindakan yang diambil pemerintah ini merupakan Langkah yang diambil karena adanya kelesuan ekonomi. Meskipun secara data tidak tercermin adanya pelemahan ekonomi, tapi secara nyata sudah terlihat didepan mata dan pemerintah juga melakukan Langkah penyelamatan. Ini hanya opini saya saja, karena memang hal ini terjadi di depan mata namun tidak terbukti secara survei yang berlandaskan metode ilmiah.

Tapi bisa jadi beberapa hal yang diobrolkan di X adalah anomali dari beberapa survei. Karena survei/sampling hanya mengambil satu sendok kuah soto untuk merasakan satu kuali soto ini sudah pas atau belum. Bisa jadi yang disurvei ini dapat mewakili rasa satu kuali soto, atau bisa jadi satu sendok ini tidak mewakili rasa satu kuali soto karena diaduknya kurang merata.

Monday, 11 September 2023

Aktivisme yang Saya Perjuangkan Akhir-Akhir Ini


Illustrated by Jasmina El Bouamraoui and Karabo Poppy Moletsane, CC0, via Wikimedia Commons


Sudah beberapa bulan saya tidak rutin menulis di blog ini lagi, rasanya ingin mencurahkan apa yang sudah saya lewati selama beberapa hari tidak berinteraksi dengan blog ini. Namun apa daya jika harus merangkumnya secara serampangan akan tidak enak dibaca, jadi saya kali ini ingin menceritakan kiblat aktivisme saya yang perlahan berubah.

Semenjak mahasiswa dahulu saya menyukai kegiatan dibidang alam, untuk menjawab isu tentang rusaknya alam disertai dampaknya. Beberapa tahun setelah menjadi mahasiswa juga masih berkutat dengan isu tersebut hingga perlahan bergeser, kepedulian saya menjadi ke isu pemerataan ekonomi. Entah apa yang mempengaruhi perubahan “aktivisme” tersebut, perlahan saja saya menjadi concern ke bidang pemerataan ekonomi.

Mungkin setelah saya lulus kuliah, saya melihat ketimpangan ekonomi yang mengganggu. Ditambah masa itu saya juga cenderung suram, dengan pekerjaan yang tak menentu dan melihat beberapa teman menikah dengan megahnya. Ketimpangan ekonomi seakan menjadi bahan bakar untuk direnungkan tiap harinya. Tanpa adanya ketimpangan ekonomi, saat itu saya membayangkan kehidupan yang madani.

Semakin kesini, semakin mapan saya perlahan berhenti memperjuangkan isu ketimpangan ekonomi. Mungkin karena kehidupan saya mulai mapan, sehingga saya tidak terlalu terganggu dengan isu ketimpangan ekonomi. Sehingga isu yang saya perjuangkan tiba-tiba bergeser menjadi isu Pendidikan. Mungkin karena beberapa tahun terakhir saya berinteraksi dengan dunia Pendidikan yaitu universitas. Sehingga saya melihat betapa buruknya institusi Pendidikan.

Lagi-lagi saya menganggap ini sebagai bahan bakar, namun kali ini makna bahan bakar tersebut menjadi berbeda. Mengingat kali ini saya sudah menjadi kepala rumah tangga, sehingga bahan bakar tersebut menjadi bahan untuk membakar keberlangsungan rumah tangga. Bahan bakar tersebut dapat dipergunakan untuk menyalakan semangat untuk melangsungkan rumah tangga. Entah dengan berdiskusi dengan istri atau menjadi warna tersendiri dalam metodologi parenting dalam mendidik anak saya.

Selama ini saya merasakan karena isu Pendidikan menjadi prioritas yang saya perjuangkan, tidak heran saya seakan dibawa mengarungi gelombang metode Pendidikan yang terasa membagongkan. Seperti adanya mahasiswa yang tidak dapat membaca di dalam komunitas Wikimedia Manokwari, selain itu untuk mempertahankan komunitas Wikimedia Manokwari ini juga tanpa adanya isu yang saya perjuangkan tadi menjadi sangat berat. Namun karena adanya semangat memperjuangkan isu tersebut, ditambah Wikimedia juga memiliki semangat membebaskan pengetahuan, seakan gayung bersambut dalam perjuangan saya ini.

Kemarin saya sempat ingin mengikuti kegiatan WCD dan menjadi pengurus provinsi, namun seakan takdir memutar kembali ke perjuangan tentang Pendidikan. World Clean Up day tersebut urung saya urusi, karena satu dan lain hal. Ditambah juga ada beberapa kelompok yang coba saya ikuti terkait penghijauan, tapi malah berujung saya tidak cocok dengan sudut pandang Jakarta Centris yang kerap dimunculkan di dalam grup. Ujung-ujungnya tidak memiliki kecocokan dan saya mengabaikannya.

Meskipun tidak dalam posisi memperjuangkan isu alam, saat ini saya masih menghemat plastik dan baru beberapa hari terakhir saya mencoba membuat ekoenzim yang katanya dapat menyelamatkan alam. Mungkin di artikel berikutnya saya akan ceritakan tentang bagaimana eko enzim dapat menyelamatkan alam.

Selain beberapa hal di atas, karena sepertinya takdir saya membawa ke perjuangan tentang Pendidikan. Kemarin istri saya mulai mengajar di SD Inpres sebagai guru agama. Tanpa mengklaim hal tersebut sebagai pekerjaan, tapi saya mengklaim hal tersebut sebagai arah perjuangan. Karena mendapat kabar bahwa di SD tersebut tidak ada guru agama islam, dan pelajaran agama islam malah diampu oleh guru beragama Kristin. Sehingga saya menawarkan istri saya ikut dalam perjuangan tanpa melihat dibayar berapa.

Ternyata pergulatan dengan isu yang diperjuangkan ini menjadi warna tersendiri dalam semangat saya menjalankan perputaran roda rumah tangga. Menjadi tambahan pikiran namun tetap asyik dilakukan. Sekian kisah saya dengan pergulatan isu yang saya perjuangkan.