Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan
Showing posts with label Investasi. Show all posts
Showing posts with label Investasi. Show all posts

Sunday, 18 December 2022

Ilmu Baru dari Workshop Personal Finansial


Hari rabu kemarin saya mengikuti zoom perencanaan keuangan yang dipersembahkan oleh abisgajian. Saya tertarik mengikuti acara ini karena rasa penasaran tentang materi yang disampaikan yaitu perencanaan keuangan menuju resesi 2023 dan memilih instrumen keuangan yang tepat. Jujur saya sebelumnya belum pernah mengikuti pembelajaran sejenis, apalagi audiensnya setipe dengan saya yaitu pegawai penerima gaji bulanan. Jadi tujuan dalam berinvestasi dan mengatur keuangan lebih ke arah untuk mengamankan harta dari gerusan-gerusan bunga ataupun penipuan investasi.

Blueprint of your money by qmfinancial.com


Singkat cerita masuklah saya ke zoom dengan ratusan audiens dan mendengarkan materi perencanaan keuangan oleh mbak Ligwina Hananto yang twitternya sudah saya follow dari dahulu. Materi disampaikan dengan santai, semacam melihat talkshow biasa namun sesekali ada slide presentasi. Pembicaraan dimulai dengan menilik kembali resesi 2023. Terkesan memberikan ketenangan, karena sebelum-sebelumnya sudah resesi dan resesi saat ini tidak semenakutkan itu. Yang disampaikan dalam materi kali ini berbeda dengan yang digembar-gemborkan di media sosial.

Setelah memberikan ketenangan dengan berbagai data, dilanjut dengan materi perencanaan keuangan. Dimulai dengan "blueprint of your money", materi ini ditujukan untuk yang tidak tahu harus memulai dari mana dalam hal perencanaan keuangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah financial check-up, financial plan, proteksi, akses dana darurat, dan terakhir aset aktif. Inti dari blueprint ini adalah harus memetakan dahulu posisi keuangan kita bagaimana. Jumlah harta berapa, jumlah hutang berapa. Setelah memetakan kondisi keuangan berlanjut dengan perkiraan keuangan kita kedepannya bagaimana. Tentu dengan mempertimbangkan adanya proteksi (berupa asuransi) dan dana darurat dahulu. Kemudian baru memikirkan tujuan keuangan, jika punya harta mau diapakan dan lain sebagainya.

Dari presentasi yang semi diskusi tersebut, saya baru sadari bahwa saya belum melakukan pemetaan posisi keuangan sama sekali dan sudah melakukan rencana keuangan. Ini yang membuat saya tidak dapat melakukan evaluasi terhadap posisi keuangan diri saya sendiri. 

Setelah talk show tersebut berlanjut ke materi yang disampaikan oleh mbak prita. Materi ini juga tak kalah menarik. Karena mbak Prita memaparkan bagaimana seharusnya berinvestasi dalam perspektif orang kantoran. Materi seperti ini yang susah didapatkan, karena kalau mengikuti materi tentang investasi biasanya dalam perspektif yang random dan titik tekannya adalah bagaimana cara mendapatkan imbal hasil dari investasi. Nah ini yang kadang bahaya. Karena kita sendiri berinvestasi tidak tahu tujuan investasi tersebut untuk apa. Kalau ditarik ke materi sebelumnya bisa dikatakan, belum ada rencana keuangan. Jadi kita hanya berpatokan pada imbal hasil investasi saja, tanpa tahu investasi beserta imbal hasilnya itu akan dipergunakan untuk apa.

Mbak Prita memberikan presentasi dengan memberikan pengukuran terhadap kebebasan finansial peserta. Dengan memberikan jenjang kebebasan finansial, peserta dapat mengukur sendiri seberapa bebas kah peserta yang mengikuti pelatihan ini. Setelah memberikan pengukuran, mbak Prita memberikan paparan sudut pandang yang seharusnya dimiliki oleh investor penerima gaji bulanan. Seperti yang saya tulis sebelumnya, sudut pandang yang baik adalah menentukan tujuan investasi. Tujuan investasi ini tidak hanya sebatas tujuan untuk apa uang investasinya, tapi juga batasan nominal. 

Seperti contohnya membeli saham, jika memakai sudut pandang pegawai yang mendapat gaji bulanan harusnya memiliki patokan emiten yang dibeli adalah emiten yang harganya stabil. Tidak cepat naik dan turun. Karena kita memiliki pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan, otomatis tidak bisa memantau pergerakan harga saham secara terus menerus. Dan juga tujuannya membeli saham hanya untuk jangka panjang (10 tahun ke atas). Tidak membeli jika ada kenaikan langsung dijual seperti halnya trader. Ini juga inside baru yang saya dapat dari materi ini. Dalam pelatihan investasi sebelumnya, saya tidak mendapatkan ilmu ini. Karena memang target audiensnya tidak terfokus seperti saat ini. 

Alhasil banyak ilmu baru yang saya dapat dari acara yang berlangsung 4 jam ini. Saya mulai penasaran sebenarnya abisgajian ini siapa, dan usaha mereka apa. Untuk mengobati rasa penasaran tersebut, saya mulai mendaftar dan masuk ke websitenya. Ternyata abisgajian ini semacam website literasi keuangan yang dimiliki bank mandiri. Selain dapat mempelajari produk bank mandiri, abisgajian ini juga dapat memberikan sebagian servis yang dimiliki bank mandiri,  seperti KPR, kredit kendaraan bermotor, dan berbagai fasilitas pinjaman lainnya. Yang saya apresiasi dari abisgajian ini adalah literasi digitalnya. Jadi memberikan edukasi terhadap pelanggan, sebelum menawarkan berbagai produk pinjaman. Sehingga pelanggan yang ditawarkan produk pinjaman memiliki pengetahuan terhadap pinjaman ataupun cara mengatur uang tersebut.


Friday, 28 May 2021

Ogah Beli Crypto


(Sumber: commons.wikimedia.org by: Steve Jurvetson)

Sebelumnya kita sudah merasa terkesan dengan serangan coronial kepada pasar saham, memang ujung-ujungnya banyak dari mereka yang malah menjadi trader, yang hanya fokus pada grafik teknikal harga saham, tapi tak mengapa adanya minat kepada saham sudahlah cukup untuk mengangkat harga setinggi-tinggi (meskipun berujung dibanting sedalam-dalamnya). Tren millenial pada pasar saham sempat menuai problematika, karena BEI dianggap abai dalam mengarahkan mindset para investor pemula dalam berinvestasi. Ibarat kata para investor pemula ini terlalu percaya pada iklan binomo, yang hanya lihat grafik tiap hari lalu kaya. 

Setelah adanya serangan investor baru pada saham, kini muncul lagi serangan investor baru pada crypto currency. Yang saya maksut serangan dari awal ini adalah serangan modal yang masuk ya, terpantau dari status mereka yang suka bergelut dengan investasi (walaupun sebetulnya mereka trading) sudah mempublikasikan pergerakan grafik harga cryptocurrency. Sebetulnya tidak ada masalah, toh itu duit mereka dari hasil keringat mereka juga. Tapi saya kok khawatir mereka rugi ya, seperti halnya dahulu pas ramai-ramainya saham. Mereka yang saat ini membikin status terkait crypto dulu waktu saham mereka juga turut andil. Kalau pasar lagi bergairah dengan warna hijau, mereka posting dan membubuhkan quote ucapan rasa syukur. Kalau pasar lagi lesu dengan warna merahnya, mereka bubuhkan qoute penyemangat agar membeli lebih banyak karena murah. Gitu terus ujung-ujungnya rugi karena salah strategi. 

Saya melihat mereka ini masih gamang dalam menentukan apakah mereka investor atau trader. Jadi dari sisi manajemen uang mereka juga kacau. Hanya mengikuti kata orang saja tanpa mengetahui ilmunya, ini mungkin sudah rahasia umum dalam setiap risalah kegagalan para investor. Sebetulnya jika dilihat mereka hanya ketakutan ketinggalan jaman, alias bahasa gaulnya fear of missing out (FOMO). Jadi apa yang dibilang oleh trend, mereka pasti hajar dengan segenap hati, jiwa, dan raga.

Kembali lagi ke sekarang crypto, saya melihat ada gelagat seperti itu juga di pasar crypto.  Ada para spekulan yang siap dengan judinya, jika menang mereka akan mengupdate status dengan bangganya, jika kalah mereka akan melakukan instruksi untuk melakukan pembelian karena murah. Selain sangat merugikan perilaku seperti ini akan membuat ketagihan, karena cara membuat ketagihannya mirip judi. Masih ada keyakinan untuk menang meskipun sudah kalah telah dan tak memiliki ilmu.

Menurut saya juga memasukkan uang ke crypto adalah judi. Karena saya sendiri tidak tahu secara langsung apa yang menyebabkan harga uang ini naik atau turun. Jika adanya hukum permintaan dan persediaan (seperti halnya saham), lantas muncul juga pertanyaan permintaan atas apa? Lha wong saya sendiri tidak mengetahui uang itu bisa dipakai untuk apa. Logika pendek saya biasanya mempertanyakan "apa bisa uang bitcoin atau crypto lainnya digunakan untuk beli beras sekilo?". Jika tidak bisa berarti mata uang ini tidak masuk akal, naik turunnya hanya digerakkan oleh mereka yang hanya ingin jual beli tanpa tahu mata uang tersebut digunakan untuk apa. Jika ada perusahaan yang mempergunakan untuk instrumen pembayaran pun itu juga tidak banyak, dan harga yang merek patok justru mengikuti harga crypto itu tadi. Contohnya tesla yang menggembar-gemborkan dogecoinnya. Merek tidak mematok harga mobil berdasarkan dogecoin, tapi berdasarkan harga dogecoin terhadap dollar. Jika harga dogecoin terhadap dollar murah maka harga mobilnya akan mahal jika dibeli dengan dogecoin, begitu pula sebaliknya.

Cara jual beli seperti ini adalah cara jual beli yang mustahil, harga barang akan cenderung fluktuatif. Pun juga yang tidak masuk akal adalah harganya mengikuti harga uangnya. Seumpama sebuah mobil tesla dengan harga 1 dogecoin, lantas bagaimana harga suku cadang nya? Kembali lagi dengan analogi beras tadi, jika 1 dogecoin cukup untuk membeli 1 ton beras, lantas bagaimana jika membeli 1 kilo beras. Jelas tidak dapat terpenuhi transaksi seperti ini. Secara fiqih crypto tak ubahnya hanya seperti layaknya kambing yang masih dalam kandungan. Kita tidak tahu isinya berapa dan tak dapat ditransaksikan. Maka dari itu saya sendiri enggan untuk memasukkan uang saya ke crypto. Lebih baik memasukkan uang ke saham dengan akad mudhorobah saja, lebih aman dan tidak panik dengan naik turunnya harga. 

Thursday, 16 April 2020

Nasib Investasi di Tengah Pandemi dan Perubahan Ideologi


Downtrend (sumber: kursusforex.id)

Investasi saya akhir-akhir ini mulai kacau, selain karena kiblat haram saya terhadap riba sudah mulai meluas, akhir-akhir ini kondisi ekonomi juga mulai terguncang. Saya akan jelaskan satu persatu.
Kiblat haram saya sebelumnya hanya menganggap riba dalam pinjam meminjam adalah hal yang salah. Karena memang tidak ada penjelasan logis ketika kedua pihak bersepakat untuk bertransaksi utang-piutang. Namun pemahaman tersebut akhirnya terpatahkan juga oleh hati nurani saya, karena satu bulan yang lalu beredar berita ojek online bentrok dengan debt collector. Tak hanya itu seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, saya juga bentrok dengan Gandeng Tangan karena hutang yang tak kunjung dibayar.
Dari kedua tragedi tersebut saya menyimpulkan bahwa ada kesalahan dalam sistem utang-piutang yang dibentuk. Sehingga sang pemberi hutang akan menagih hutang sekaligus bunganya. Sedangkan penerima hutang akan mendapat kewajiban untuk membayar cicilan bagaimanapun kondisinya. Hal ini menurut saya pribadi merupakan penyebab konflik. Selain itu pasti kamu yang membaca ini akan sangat paham dengan mental nekat pengutang yang lebih ganas daripada yang memberikan hutang. Sudah menjadi rahasia umum.
Nah celah ini yang menyebabkan konflik yang menyebabkan jatuhnya hukum haram dalam transaksi. Selain itu pula saya memiliki dendam yang tak berkesudahan dengan seorang debt collector. Meskipun saya tidak pernah ditagih, karena memang saya sudah mengharamkan meminjam uang dengan riba sejak dulu. Tapi saya benci dengan profesi tersebut lebih karena kesewenang-wenangannya. Nah jika saya memberikan pinjaman alias supply dana kepada peminjam secara terus menerus, tentunya saya akan sangat salah dan tidak konsisten dalam mempertahankan pemahaman saya terhadap haramnya berhutang. Jika berhutang saja haram maka memberikan hutang juga akan haram.
Lantas apa hubungannya dengan kondisi ekonomi? Nah terguncangnya kondisi ekonomi ikut memukul turun beberapa uang saya yang ditempatkan di saham. Berbagai saham yang saya miliki harganya ikut anjlok. Semenjak pandemi corona yang memaksa krisis ekonomi melanda negeri ini. Saham yang saya miliki pun ikut tergerus hingga separuh. Kesalahan saya juga tidak mengambil keputusan untuk cutloss atau memangkas kerugian sejak covid-19 masuk ke Indonesia.
Alhasil produk investasi yang saya beli saat ini hanya dua pilihan, jika tidak saham ya emas. Dengan dua logika yang berbeda tentunya. Jika ekonomi sekarang sedang terpuruk dan ada kemungkinan membaik saya pasti akan berinvestasi saham. Namun jika ekonomi sudah mapan dan saya memiliki prediksi akan turun pasti saya akan membeli emas.
Alhasil meskipun pahit krisis ekonomi ini harus saya nikmati, dengan membeli saham saat ini dengan harga murah. Tentunya saya memiliki gambaran kedepannya 2-3 tahun lagi harganya akan naik. Jikalau tidak naik saya masih mendapat dividen. Karena perusahaan yang saat ini saya beli merupakan BUMN, sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat kecil.
Tak hanya itu yang menjadi pertimbangan saya, juga adanya laporan keuangan yang dapat menjadikan perusahaan ini berstatus aman secara fundamental. Labanyanya stabil, hutangnya tidak melampaui aset, dan lagi-lagi rutin memberikan dividen. Nantinya akan average down jika saya terus menerus membeli saham di harga murah. Apalagi sekarang adalah masa-masa pembagian dividen. Mungkin dividen yang dibagikan akan sangat kecil, karena memang masa seperti ini perusahaan akan memikirkan pencadangan kerugian dahulu. Agar arus kasnya lebih baik pasti akan mencadangkan untuk keperluan produksi.
Semoga wabah ini cepat pulih dan disusul ekonomi yang cepat kembali. Mungkin kesedihan ini akan sama-sama ditanggung, maka dari itu seberapa kacau pun posisi investasimu saat ini, jangan bersedih. Minimal kamu tidak sedang sendiri. Jangan terlalu berpikir ekonomi agar krisis ini cepat pulih. Semangat!

Saturday, 18 January 2020

Gandeng Tangan yang Tidak Erat


P2p gandeng tangan
Hati-hati dengan Gandeng tangan
Berkali-kali saya menuliskan salah satu merk P2P yang bernama Gandeng Tangan, untuk merekomendasikan beberapa orang dalam menempatkan dana. Karena kemarin sebelum saya mengalami kendala ini, saya merasa nyaman berinvestasi di Gandeng Tangan. Selain bermisi sosial, di PT. Kreasi Anak Indonesia ini juga menjanjikan timbal balik yang lumayan tinggi.
Namun semua itu seakan musnah dan hancur berantakan ketika negara api menyerang. Tepatnya ketika tanggal 30 November 2019. Saat itu ada cicilan yang harusnya dibayarkan pada 21 oktober 2019 melewati jangka waktu yang dijanjikan. Hampir dua minggu uang tersebut masih belum masuk akun dashboard yang biasa disebut dengan Dompet di Gandeng Tangan. Saat ditagih pun masih mundur-mundur tanpa ada kejelasan waktu.
Padahal pada waktu penempatan dana ada asuransi yang dapat diklaim. Namun tetap saja seakan mengabaikan ketepatan waktu dalam membayar, asuransi itu pun juga musnah tanpa ada manfaat asuransi yang dijanjikan. Memang asuransi tersebut dikatakan gratis oleh mereka. Mungkin sangat menggiurkan bagi saya yang terlanjur percaya dengan Gandeng Tangan.
Akhir cerita, cicilan tersebut kembali juga pada tanggal 2 Desember 2019. Kronologi kejadian belum berakhir di sini. Karena saya masih memiliki beberapa uang di Gandeng Tangan yang jatuh temponya pada 18 Desember 2019. Tapi sudah terasa agak ringan dan tidak was-was. Karena lebih dari separuh uang saya sudah cair di tanggal 2 Desember 2019.
Pada tanggal 3 januari 2020 kemarin saya baru menanyakan kembali uang yang seharusnya cair di tanggal 18 Desember 2019. Karena cuti bersama dan baru masuk tanggal 6 maka saya baru dilayani via chat WhatsApp tanggal 6 Januari 2020. Sesuai prediksi ini pasti molor, lebih mirip seperti memberikan utang ke teman atau kerabat. Janji esok tapi entah sampai kapan akan terbayarkan.
Alhasil sang customer service tanpa casciscus langsung memberikan janji pada tanggal 25 Januari 2020. Entah alasan apa yang mendasarinya, tapi setelah customer service berdiskusi dengan sekelompok orang yang ia sebut tim, tiba-tiba muncul tanggal tersebut. Ketika ditanya alasannya kenapa.
Lantas saya memiliki inisiatif untuk melaporkan hal ini kepada OJK. Karena PT. Kreasi Anak Indonesia merupakan lembaga yang terdaftar dan diawasi OJK. Setelah satu hari berselang saya hanya mendapatkan saran dari OJK untuk menyelesaikan dengan pihak gandeng tangan. Padahal pada waktu itu saya sudah menceritakan kronologi beserta bukti rekam layar percakapan dengan customer service Gandeng Tangan. Alih-alih memberikan solusi, pihak berwenang pun menilai kerugian saya tidak begitu besar sehingga tidak pantas untuk dimediasi.
Dari kejadian ini dapat diambil kesimpulan dan pelajaran bagi pembaca sebagai berikut:
  • Evaluasi kepercayaan anda pada instrumen investasi ataupun pada lembaga investasi, bisa jadi seperti gandeng tangan yang kian menua kian error dalam pelayanan investasi.
  • Diversifikasi investasi adalah hal mutlak yang tidak bisa dinego lagi.
  • Lambang OJK tidak akan membantu apapun jika uang anda tidak kembali atau kembalinya sangat terlambat.
  • Jangan investasi di Gandeng Tangan.
Mungkin hanya 4 poin tersebut yang dapat saya sampaikan. Sebagai investor kecil saya mencukupkan kepercayaan saya pada P2P ini. Bukan karena keterlambatan pembayaran, memang karena misi sosial jadi keterlambatan pembayaran adalah hal lumrah. Tapi yang tidak lumrah adalah kurang profesionalnya dalam mengatur peminjaman dan juga mengembalikan uang. Sekian keluh kesah saya, semoga dapat menjadi disclaimer bagi siapapun yang hendak mempercayai tulisan saya terkait saran untuk investasi.

Thursday, 19 December 2019

Korporasi Terikhlas itu Namanya BTPN


Korporasi Terikhlas itu Namanya BTPN
Akhir-akhir ini saya sering membaca beberapa quote terkait kebaikan jenius. Setidaknya sudah 3 tahun berturu-turut pasti ada saja yang menjelaskan kebaikan jenius. Mulai dari luar ataupun dalam negeri ada saja yang memuji kebaikan yang berhasil dihadirkan jenius. Saya sebagai orang yang memiliki keyakinan dan keteguhan sekeras baja, tentunya tidak akan percaya begitu saja. Maka dari itu saya memberanikan diri untuk mencoba rekening berbasis ponsel dan kartu tersebut.
Perlu diketahui saya saat ini berada di Manokwari, provinsi Papua Barat. Di tempat saya berdomisili tidak ada bank BTPN. Menjadi sangat menyusahkan jika saya harus ke BTPN terdekat yang berlokasi di Manado.  Untungnya jenius adalah tabungan berbasis aplikasi, sehingga calon pemilik rekening dapat mendaftar lewat aplikasi. Hanya bermodalkan KTP, NPWP dan ponsel android saja sudah bisa mendaftar. Semudah mendaftar akun sosial media memang.
Setelah terdaftar pengguna wajib melakukan verifikasi bisa dengan mengunjungi kantor BTPN atau jika jauh seperti saya bisa memverivikasi dengan menggunakan video call. Otomatis saya melakukan permintaan untuk video call saat jam kerja Jakarta. Setelah diberikan beberapa pertanyaan saya disuruh untuk menunjukkan KTP kedepan kamera serta menunjukkan muka saya secara jelas. Dan voila akun langsung terverifikasi.
Dengan terverifikasinya akun yang saya miliki, secara otomatis di aplikasi langsung muncul dua kartu. Pertama m-card dan kedua e-card. Namun yang saya heran kenapa yang bisa diaktifkan hanya e-card, sedangkan m-card sama sekali tidak aktif. Saat itu untuk mengaktifkan e-card hanya cukup memasukkan vcc dan membuat pin kartu sesuai yang kita inginkan. Lalu secara otomatis muncul nomor rekening BTPN kita. Pertanyaannya saat ini adalah, kapan saya bisa mengaktifkan m-card ini?
Setelah aktif saya pun masih belum mengisi rekening BTPN, takutnya nanti ada tagihan fiktif yang belum saya ketahui dan berujung dengan pemotongan saldo secara sepihak. Selama satu minggu saya gunakan untuk mempelajari produk yang dimiliki jenius. Mulai tabungan perencanaan yang dapat digunakan untuk menabung sampai pada kemudahan transfer antar bank gratisan selama 25 kali.
Decak kagum saya terhadap korporasi ini belum luntur, selang 2 minggu saya menerima kejutan lagi. Tiba-tiba ada telpon masuk dari kurir J&T, mas kurir bilang kalau mau mengirimkan paket kartu jenius. Dalam hati saya bilang, “lho kok niat sekali buat mengirim kartu”. Setelah saya menerima kartu tersebut betapa terkejutnya saya, bukan karena tampilan kemasannya yang ala kafe kekinian namun terkejut pada tarif ongkir yang menunjukkan angka 175.000. Memang niat sekali bank BTPN ini, paling minim potongan administrasi tapi mau-maunya mengirim kartu dengan tarif sebesar itu.
Selesai dengan decak kagum saya memamerkan kiriman yang baru sampai di tangan saya kepada anggota grup teman yang dulu pernah sekelas. Karena saya tahu salah satu anggota grup sudah memiliki jenius, jadi saya mencoba untuk membesarkan hatinya saja. Alih-alih berdecak kagum dan merasa sombong, kawan saya yang memiliki jenius tersebut malah membalas foto saya dengan video ini.
Namun syukurnya kelanjutan video tersebut berakhir dengan pihak jenius yang menanggung semua kerugian yang dialami Youtuber. Yang perlu digaris bawahi adalah, sistem keamanan jenius pernah dibobol. Cukup itu saja, dan sebaiknya jika kebobolan segera melakukan konfirmasi kepada pihak BTPN. Pasti akan menguras banyak pulsa tentunya jika menelpon. Pun juga tidak memungkinkan jika melakukan kunjungan langsung ke kantor BTPN yang berada di Ambon. Yang bisa dilakukan hanyalah memberikan konfirmasi melalui sosial media yang dimiliki jenius.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa, tidak ada korporasi yang memiliki keikhlasan dan ketulusan seperti Jenius. Hal ini memberikan dampak kepada saya jadi nggak enak kalau tidak mengisi rekening Jenius. Minimal pengisian rekening ini dapat digunakan untuk tabungan perencanaan yang sama sekali tidak memiliki potongan administrasi. Namun meskipun begitu harus tetap waspada, karena rekening berbasis teknologi seperti ini ada kemungkinan di hack seperti yang dikatakan mas-mas youtuber.

Sunday, 27 October 2019

Instrumen Investasi Berdasarkan Risikonya


Instrumen Investasi (Source: Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay )

Investasi memang akhir-akhir ini dielu-elukan banyak orang. Mulai dari investasi non legal sampai investasi legal. Banyak pula yang mengambil "jatah makan" dari naik daunnya kalimat investasi tersebut. Mulai dari menjual materi, ilmu, buku, robot, sampai menjual hal lain yang dibungkus dengan nama investasi. Menjadi sangat meriah ketika nama investasi ini juga dibungkus dengan kalimat yang meriah pula. Kemeriahannya seperti tidak mau diakhiri begitu saja.
Saat kumpul-kumpul dengan teman kampung juga saya diiming-imingi produk investasi. Saya lupa namanya. Yang jelas investasi tersebut sangat membuat dia antusias. Semua anak yang ikut nongkrong dia jelaskan satu-satu. Hingga akhirnya saya menaruh rasa curiga, sepertinya ini money game yang dibungkus dengan nama investasi.
Saya menaruh rasa curiga seperti itu karena ada banyak keanehan. Masak kita investasi sekali nantinya kita tidak tahu sektor bisnis apa yang akan dijalankan? Katanya sih berbentuk koperasi namun dia menjual bahan kebutuhan pokok. Nantinya ada beberapa produk yang akan masuk di Papua. Salah satu programnya adalah beras murah. Investor akan mendapat beras murah.
Selain produknya yang tidak begitu jelas, ada kecurigaan lain yang saya langsung menyimpulkan ini bukan investasi. Yaitu karena saya menilai imbal hasil dari investasi tersebut tidak masuk akal. Mungkin jika dilihat dari sisi investor bisa dikatakan masuk akal. Karena kita sudah tidak berfokus pada prinsip keadilan, tapi berfokus pada keuntungan. Hal itu manusiawi. Tapi jika kita ingin berpikir sehat, harusnya juga berpikir dari sudut pemilik usaha yang kita suntik dana.
Kawan saya yang menawarkan investasi tersebut menyatakan jika kita investasi sebesar 500 ribu akan mendapat imbal hasil 5000 perhari. Ini berarti ada imbal hasil sebesar 1% yang harus diberikan kepada investor. Sebagai pelaku bisnis apakah mungkin kita melakukan hal itu? Dari pada membayar imbal hasil sebesar itu lebih baik meminjam uang di bank. Hanya 1% perbulan.
Mungkin cerita di atas dapat menjadi dasar pertimbangan pembaca dalam memutuskan berinvestasi. Jangan langsung berfokus pada keuntungan, karena prinsip lawas investor dibalik keuntungan yang besar pasti ada risiko yang besar pula. Jadi yang harus dipertimbangkan bukanlah keuntungannya saja, tapi juga apakah kita kuat menanggung resiko dibalik keuntungan yang besar tersebut?
Mungkin untuk lebih mudahnya mengontrol resiko saya akan mengurutkan produk investasi berdasarkan risiko terkecil hingga terbesar.

Deposito

Seperti yang kita ketahui produk simpanan berjangka di bank ini merupakan produk yang sangat minim risiko. Salah satu risikonya hanya ketika bank bangkrut, itupun pasti simpanan pokoknya dikembalikan. Karena hal itu sudah tertulis dalam peraturan. Hanya jika simpanan kita ditempatkan di bank yang diawasi OJK. Nantinya akan dikembalikan oleh lembaga penjamin simpanan.
Menjadi sangat miris ketika kita tahu bank meminjamkan lagi uang kita dengan bunga yang hampir dua kali lipatnya. Dengan bunga deposito (saat artikel ini ditulis) 7% pertahun kita mengetahui bahwa bank meminjamkannya lagi dengan bunga sekitar 12% pertahun. Namun jika kita memang berfokus pada risiko dan keuntungan, maka kita akan mengabaikan keuntungan uang diperoleh pihak perbankan.

Obligasi Ritel Indonesia (ORI)

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak peminjam kepada pemberi pinjaman. Biasanya pihak yang meminjam ini adalah sebuah lembaga. Namun ORI ini diterbitkan oleh negara. Jadi dapat dikatakan kita memberikan utang kepada negara.
Sistem peminjaman ORI ini mirip dengan deposito. Namun bunga yang biasa disebut kupon pinjaman lebih besar dari deposito. Biasanya nominalnya naik turun, pengelola pinjaman yang disebut DJPPR hanya memberikan selisihnya saja dengan BI rate. Kupon ini nantinya bukan langsung dibayar dibelakang, melainkan setiap tiga bulan sekali kupon akan dibayarkan.
Tapi jangan terbuai dengan imbal hasilnya dulu, ORI ini memiliki jangka waktu minimal 3 tahun. Jadi minimal kita harus mengikhlaskan uang kita dipinjamkan kepada negara selama 3 tahun dahulu. Nominalnya mulai dari satu juta hingga tiga milyar. Nantinya uang yang kita pinjamkan tersebut dikelola negara tergantung peruntukannya. Resikonya dapat dikatakan lebih kecil dari deposito namun keuntungannya lebih besar dari deposito. Untuk melihat penjelasan ORI lebih lanjut dapat dibaca di sini.

Gandeng Tangan (P2P lander)

Sebetulnya banyak P2P yang menawarkan bisnis investasi sejenis. Yaitu meminjamkan beberapa uang dengan jangka waktu yang ditentukan dan langsung mendapat nominal imbal hasil yang akan didapat. Tentunya imbal hasil ini akan didapat saat pelunasan. Tidak mendapat secara berjangka seperti ORI.
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, gandeng tangan merupakan P2P yang memiliki misi sosial. Sangat berbeda dengan P2P lain yang hanya memiliki misi finansial saja. Sehingga dengan mudahnya memberikan pinjaman siapapun dengan jumlah imbal hasil yang termasuk "mahal". Bisnis ini biasa disebut finansial teknologi (FinTek). Bisnis ini (khususnya Gandeng Tangan) dapat dikatakan memiliki risiko yang lebih besar dari produk investasi sebelumnya, tapi keuntungannya juga dapat dikatakan lebih besar dari produk sebelumnya. Mungkin beberapa hari lagi akan saya buatkan tips memilih FinTek. Untuk meminimalisir risiko.
Disclaimer untuk gandeng tangan.

Emas

Sudah menjadi rahasia umum rasanya jika emas menjadi instrumen yang stabil. Mulai dari jaman baheula emas dipilih menjadi logam mulia yang nilainya tetap stabil. Akhir-akhir ini juga ada modifikasi terkait investasi emas. Modifikasi tersebut bukan dalam bentuk emasnya, melainkan cara pembeliannya.
Seperti contohnya di Pegadaian, kita dapat membeli emas dengan nominal 5.000 saja. Tentunya anda hanya akan mendapatkan di bawah satu gram. Tapi nilai tersebut berupa tulisan di buku tabungan saja, tidak membeli secara full dan kota mendapat emas secara real. Tapi jangan khawatir, pegadaian akan mengeluarkan harga harian untuk jaminan bahwa harga emas mereka tetap disesuaikan tiap harinya.
Instrumen ini dapat saya katakan lebih menguntungkan dari instrumen sebelumnya. Tentunya dengan jangka waktu yang tidak singkat. Risikonya juga lebih besar pula, karena harga emas tidak mungkin tiap harinya naik. Pasti akan naik turun perharinya.

Reksadana

Reksadana adalah instrumen yang lumayan berisiko. Penjabaran pengertiannya ada seorang Manajer Investasi yang mengeluarkan produk investasi. Ia akan menempatkan uang anda di beberapa instrumen investasi yang sudah ia katakan di awal.
Misalnya jika anda membeli reksadana saham, pasti manajer investasi akan membelikan uang anda dengan saham dan beberapa persennya lagi berupa instrumen lain yang juga tersebut dalam penjelasan investasi.
Setiap harinya reksadana tersebut akan mengupdate harga hariannya. Jika memang Manajer Investasinya bagus membaca peluang, pasti harga akan lebih stabil. Karena memang fungsinya reksadana adalah mengurangi fleksibilitas dari instrumen yang dijual. Maka dari itu risiko dan keuntungan pasti lebih kecil dari instrumen yang dijual.

Saham

Tentunya pembaca sekalian sudah paham bahwa saya membatasi risiko investasi saya hanya pada saham. Bagi anda pembaca baru mungkin masih bertanya-tanya kenapa saya hanya membatasinya di saham? Kenapa tidak diloske sampek pasar uang (forex) atau uang digital seperti bitcoin?
Salah satu alasannya adalah saya hanya ingin berinvestasi bukan trading. Saham memang bisa untuk trading, tapi saya bukan tipe trader melainkan investor. Saya membeli saham untuk investasi, pun juga saham menjadi instrumen paling besar risikonya. Karena memang saham bisa menukik turun tajam hingga berhenti pada titik terendah yaitu 50 rupiah.
Bagi investor, saham bisa dilihat imbal baliknya dari dividen. Juga bisa dilihat dari kenaikan harga sahamnya, tapi hanya dalam jangka panjang. Jadi tidak hanya naik 1% lalu dijual seperti layaknya trader. Karena investasi saham hanya pada jangka waktu yang sangat panjang. Bisa jadi puluhan tahun.

Berdasarkan pembagian instrumen tersebut, kamu bisa membaca dan memilih instrumen mana yang cocok dengan perencanaan yang dibuat. Jangan sampai berinvestasi hanya cocok dengan imbal hasil yang besar saja. Takutnya tidak kuat menanggung risiko dan berakhir pada kesehatan mental yang akan terganggu. Tidak lucu bukan jika gagal investasi malah berujung setres?