Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan
Showing posts with label finance planing. Show all posts
Showing posts with label finance planing. Show all posts

Sunday, 18 December 2022

Ilmu Baru dari Workshop Personal Finansial


Hari rabu kemarin saya mengikuti zoom perencanaan keuangan yang dipersembahkan oleh abisgajian. Saya tertarik mengikuti acara ini karena rasa penasaran tentang materi yang disampaikan yaitu perencanaan keuangan menuju resesi 2023 dan memilih instrumen keuangan yang tepat. Jujur saya sebelumnya belum pernah mengikuti pembelajaran sejenis, apalagi audiensnya setipe dengan saya yaitu pegawai penerima gaji bulanan. Jadi tujuan dalam berinvestasi dan mengatur keuangan lebih ke arah untuk mengamankan harta dari gerusan-gerusan bunga ataupun penipuan investasi.

Blueprint of your money by qmfinancial.com


Singkat cerita masuklah saya ke zoom dengan ratusan audiens dan mendengarkan materi perencanaan keuangan oleh mbak Ligwina Hananto yang twitternya sudah saya follow dari dahulu. Materi disampaikan dengan santai, semacam melihat talkshow biasa namun sesekali ada slide presentasi. Pembicaraan dimulai dengan menilik kembali resesi 2023. Terkesan memberikan ketenangan, karena sebelum-sebelumnya sudah resesi dan resesi saat ini tidak semenakutkan itu. Yang disampaikan dalam materi kali ini berbeda dengan yang digembar-gemborkan di media sosial.

Setelah memberikan ketenangan dengan berbagai data, dilanjut dengan materi perencanaan keuangan. Dimulai dengan "blueprint of your money", materi ini ditujukan untuk yang tidak tahu harus memulai dari mana dalam hal perencanaan keuangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah financial check-up, financial plan, proteksi, akses dana darurat, dan terakhir aset aktif. Inti dari blueprint ini adalah harus memetakan dahulu posisi keuangan kita bagaimana. Jumlah harta berapa, jumlah hutang berapa. Setelah memetakan kondisi keuangan berlanjut dengan perkiraan keuangan kita kedepannya bagaimana. Tentu dengan mempertimbangkan adanya proteksi (berupa asuransi) dan dana darurat dahulu. Kemudian baru memikirkan tujuan keuangan, jika punya harta mau diapakan dan lain sebagainya.

Dari presentasi yang semi diskusi tersebut, saya baru sadari bahwa saya belum melakukan pemetaan posisi keuangan sama sekali dan sudah melakukan rencana keuangan. Ini yang membuat saya tidak dapat melakukan evaluasi terhadap posisi keuangan diri saya sendiri. 

Setelah talk show tersebut berlanjut ke materi yang disampaikan oleh mbak prita. Materi ini juga tak kalah menarik. Karena mbak Prita memaparkan bagaimana seharusnya berinvestasi dalam perspektif orang kantoran. Materi seperti ini yang susah didapatkan, karena kalau mengikuti materi tentang investasi biasanya dalam perspektif yang random dan titik tekannya adalah bagaimana cara mendapatkan imbal hasil dari investasi. Nah ini yang kadang bahaya. Karena kita sendiri berinvestasi tidak tahu tujuan investasi tersebut untuk apa. Kalau ditarik ke materi sebelumnya bisa dikatakan, belum ada rencana keuangan. Jadi kita hanya berpatokan pada imbal hasil investasi saja, tanpa tahu investasi beserta imbal hasilnya itu akan dipergunakan untuk apa.

Mbak Prita memberikan presentasi dengan memberikan pengukuran terhadap kebebasan finansial peserta. Dengan memberikan jenjang kebebasan finansial, peserta dapat mengukur sendiri seberapa bebas kah peserta yang mengikuti pelatihan ini. Setelah memberikan pengukuran, mbak Prita memberikan paparan sudut pandang yang seharusnya dimiliki oleh investor penerima gaji bulanan. Seperti yang saya tulis sebelumnya, sudut pandang yang baik adalah menentukan tujuan investasi. Tujuan investasi ini tidak hanya sebatas tujuan untuk apa uang investasinya, tapi juga batasan nominal. 

Seperti contohnya membeli saham, jika memakai sudut pandang pegawai yang mendapat gaji bulanan harusnya memiliki patokan emiten yang dibeli adalah emiten yang harganya stabil. Tidak cepat naik dan turun. Karena kita memiliki pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan, otomatis tidak bisa memantau pergerakan harga saham secara terus menerus. Dan juga tujuannya membeli saham hanya untuk jangka panjang (10 tahun ke atas). Tidak membeli jika ada kenaikan langsung dijual seperti halnya trader. Ini juga inside baru yang saya dapat dari materi ini. Dalam pelatihan investasi sebelumnya, saya tidak mendapatkan ilmu ini. Karena memang target audiensnya tidak terfokus seperti saat ini. 

Alhasil banyak ilmu baru yang saya dapat dari acara yang berlangsung 4 jam ini. Saya mulai penasaran sebenarnya abisgajian ini siapa, dan usaha mereka apa. Untuk mengobati rasa penasaran tersebut, saya mulai mendaftar dan masuk ke websitenya. Ternyata abisgajian ini semacam website literasi keuangan yang dimiliki bank mandiri. Selain dapat mempelajari produk bank mandiri, abisgajian ini juga dapat memberikan sebagian servis yang dimiliki bank mandiri,  seperti KPR, kredit kendaraan bermotor, dan berbagai fasilitas pinjaman lainnya. Yang saya apresiasi dari abisgajian ini adalah literasi digitalnya. Jadi memberikan edukasi terhadap pelanggan, sebelum menawarkan berbagai produk pinjaman. Sehingga pelanggan yang ditawarkan produk pinjaman memiliki pengetahuan terhadap pinjaman ataupun cara mengatur uang tersebut.


Saturday, 24 April 2021

ASN Harus Punya Dana Darurat


Yang pasti hanya ketetapan tuhan
Penghasilan PNS tidak

Akhir-akhir ini saya merenung tentang keberlangsungan hidup sebagai aparatur sipil negara. Karena setelah saling bercerita tentang profesi satu ini dengan mereka yang berdinas di instansi lain, saya menarik kesimpulan yang sama, yaitu pegawai negeri sipil adalah profesi yang paling cepat terdampak terhadap kebijakan politik. Jika arah politik bergeser sedikit saja, pasti profesi kita paling pertama terkena dampaknya.

Seperti contohnya di tempat saya berdinas, mulai januari kemarin kami belum menerima tunjangan kinerja karena perubahan kementerian. Regulasi kepegawaian yang seharusnya bisa "tembus" di kementerian sebelumnya kini gagal di kementerian sekarang. Sehingga ada sedikit penyesuaian terhadap unsur-unsur yang dapat dijadikan dasar dalam mengeluarkan tunjangan tersebut. Alhasil hingga sampai april kami belum mendapat tunjangan sebagai imbas dari penyesuaian regulasi tersebut.

Yang saya ceritakan di atas merupakan contoh yang termasuk bersih, lain halnya contoh kotor seperti penurunan jabatan karena pimpinan tidak menyukai kita sebagai subjek, dan contoh-contoh kotor lain sebagai dampak dari politik. Alhasil dampak yang diderita pegawai adalah berkurangnya penghasilan. Percaya tidak percaya berkurangnya penghasilan dapat mengganggu psikologi juga. Bisa-bisa kita akan terlilit hutang jika kita tidak siap.

Karena kesiapan orang pastilah beda-beda, jika penghasilan naik tentu semua orang akan siap, lain halnya jika penghasilan turun. Mayoritas pegawai terlilit hutang karena dampak perubahan arah politik di tempatnya bekerja. Ketidak siapan secara finansial membuat aparatur sipil negara enggan dalam mengubah kebiasaan yang biasanya berpenghasilan tinggi. Lagi-lagi di sini saya menyoroti terhadap pola pikir yang mayoritas mengatakan "pegawai negeri itu sudah pasti penghasilannya". Penghasilan jelas sudah pasti tapi nominalnya yang tidak pasti. Nominal yang sudah jelas-jelas pasti adalah gaji. Untuk tunjangan, honor kegiatan dan lain-lain dapat dikatakan naik turun.

Nah dari sini kalau saya boleh menarik kesimpulan terkait perencanaan keuangan, ternyata kita yang sudah dibilang penghasilannya sudah pasti oleh segenap warga negara indonesia ini tetap gak pasti juga. Buktinya bisa saja pergantian pemimpin jabatan kita turun. Atau tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba menjadi fungsional yang berdampak pada tunjangan jabatannya hilang. Maka dari itu rasanya tetap harus memiliki dana darurat untuk menjadi pengaman finansial. Mungkin hal ini sudah sering saya sebutkan, dana darurat standar adalah biaya hidup selama 3 bulan.

Jadi selama 3 bulan tersebut kita dapat beradaptasi terhadap penghasilan baru yang lebih rendah. Setidaknya kita mendapatkan waktu lebih untuk beradaptasi tanpa adanya bantuan fiskal berupa hutang dari orang lain. Karena jika kita sudah terpuruk ditambah lagi ada hutang ibarat kata kita sudah jatuh tertimpa bunga bank lagi. Sakitnya tidak hanya di pikiran, tapi juga di kantong karena terkuras.

Friday, 12 February 2021

Sekali-kali Miskin


Satu minggu belakangan merupakan hari yang penuh penghematan bagi saya, ketika menyadari amunisi uang sudah mulai habis karena perencanaan yang meleset lumayan jauh. Jadi ceritanya saya sedang bangun rumah, taksiran biaya yang dikeluarkan adalah 25 juta. Memang itu adalah taksiran kasar, dalam benak saya terpikirkan teori pemulihan ekonomi nasional.



Jadi saya memiliki pemahaman di masa pandemi ini sebaiknya malah lebih konsumtif. Karena jika kita tetap menumpuk uang, ada orang disekitar kita yang memiliki kemampuan ekonomi yang bisa dikatakan di bawah kita, pasti akan terpukul mati-matian. Dampaknya tentu beruntun. Seperti yang saya sebutkan dalam tulisan kemarin, dampaknya bisa saja merugikan kita. Orang lapar pasti nekat dengan segala usahanya.

Nah berangkat dari pemahaman pendek inilah yang membuat saya tidak siap untuk melanjutkan hidup dengan lumrah, ditambah lagi dengan tidak adanya cadangan amunisi. Dalam ilmu perencanaan keuangan, kita mengenal dana darurat. Dana darurat ini semacam survival saving, idealnya harus disiapkan sebesar biaya hidup 3 bulan kedepan. Nah cadangan amunisi keuangan inilah yang harusnya ada, sehingga tidak sampai memakan mie instan setiap hari.

Mungkin terdengar berlebihan, tapi saya memang melakukan hal itu untuk seminggu kemarin hingga bulan depan. Karena ada penghasilan yang pencairannya tertunda, dan saya luput dalam menyiapkan kemungkinan terburuk ini. Cadangan uang saya hanya 1,5 juta untuk hidup selama satu bulan. Apa boleh buat, saya tidak mau mengulur waktu dalam berhemat, hingga uang yang saya miliki ludes. Saya harus sedikit menyegerakan hidup hemat. Mulai dengan mengkonsumsi mie instan, mengurangi penggunaan paket data, hingga memberhentikan sementara rutinitas berenang.

Hal ini karena saya salah fokus dalam mengimplementasikan ide (atau mungkin ideologi) pemulihan ekonomi nasional. Saya terlalu fokus untuk membangun rumah kontrakan hanya agar tukangnya ada kerjaan. Tanpa memikirkan efek terburuk bahkan untuk saya sendiri. Mungkin ini dapat mengganggu keberlanjutan implementasi ide, terlebih jika saya gagal dalam menjaga kewarasan.

Ternyata CPNS seperti saya tetap harus menjaga siklus kesehatan finansial. Karena memang secara keseluruhan penghasilan satu tahun bisa dibilang pasti. Tapi untuk penghasilan perbulan -seperti kasusnya bulan ini- tidak pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi tertundanya penghasilan bulanan seorang abdi negara. Karena banyak pula yang berperan dalam berlangsungnya penghasilan tersebut.

Contoh pada kasus saya bulan ini tunjangan kinerja. Tunjangan kinerja bulan ini tertunda nggak karuan karena peralihan sistem. Yang awalnya sasaran kinerja pegawai diisi secara manual, kini diisi dengan cara online. Sasaran kinerja pegawai ini sebagai dasar penghitungan tunjangan. Jadi kalau dasar penghitungannya masih dalam tahap peralihan, otomatis tunjangannya akan tertunda. Apalagi ada kabar beredar kalau baru diproses jika seluruh pegawai sudah mengerjakan. Tahu kan mental pegawai negeri yang ngeri itu. Apalagi generasi tua, pegawai yang tidak tahu menahu cara penggunaan gawai.

Jadi dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak selama ASN itu penghasilannya pasti. Seorang aparatur sipil negara memang dari segi pembayar sudah bisa dikatakan pasti, tapi dari sisi ketepatan waktu dapat dikatakan masih jauh dari kata pasti. Sangat berbeda dengan pihak swasta. Maka dari itu meskipun sudah menjadi abdi negara saya rasa wajib untuk memiliki dana darurat dan menerapkan perencanaan keuangan. Kecuali jika sanggup menanggung resiko untuk berhemat secara ekstrim seperti saya.